Skip to main content

Office Story - Dinner

Aku sedang menangani sebuah proyek yang bekerja sama dengan perusahaan yang berdomisili di Negri Selangor Malaysia. Negara yang disinyalir suka mengklaim budaya Negara kita tercinta Indonesia. Sebut saja namanya Pak Glenn. Orangnya pertamanya sih baik sekali dan ramah tapi lama-kelamaan sifatnya yang ga tegas dan membingungkan keluar juga. Tapi prospek kerja sama masa depan yang menjanjikan, Si boss ga mau lepasin client yang satu ini. Hari sabtu menjadi kunjungan rutin Pak Glenn untuk cek progress barang yang kami produksi.
"Oke Nayla, saya pribadi sangat puas dengan hasil kerja perusahaan ini, btw what's your plan tonight ah?"
"Hmm... nothing"
"Mari makan malam dengan saya sambil bahas proyek untuk bulan depan"
"Oke Pak, saya ambil tas dulu"


Akupun kembali keruanganku.
"Ciyeciye.. Mau kmn neng buru2? Diajak ngedet sm si Malingshit itu ya?" Anty yang kubikelnya disampingku menggodaku.
"Hush.. Mau makan gratis,hihihi"
"Siapa tau mlh disuruh bayarin"Anty tertawa ngakak.

Aku dan Pak Glenn jadinya ke Plaza Indonesia.


Percakapan kikuk dalam taxi.
"Kamu tdk malam mingguan Nayla?" Tanya si Malingshit basi
"Kami kan lagi banjir proyek dari Formie, hrs overtime krjanya, abis ini aja kerja lagi Pak Glenn" dustaku gombal
"Hahahaha, yah.. Let's working hard together" dia tertawa senang dibohongi. Aku hanya tersenyum simpul.
---
Aradia cafe n lounge
"Sering makan disini Pak?"
"Gak, cuma sesekali"
Kupesan makanan yg paling mahal, entahlah namanya apa, susah sekali diingat.
Setelah selesai makan, kami ngobrol ngalor kidur. Kulirik jam sudah sejam lebih kami ngobrol yg rasanya kaya setahun karena si Malingshiter suka sekali membanggakan Malingshitnya. Pertanda buruk pikirku. Jangan2 bener kata Anty, aku yg bakalan bayar. Aku panggil waitress buat nanyain Bill. Mungkin dia bakalan ngrasa dan bersikap gentle. Tapi anjiiiiiiirrr... Sampai bill datang dan aku bayar dia tetap berceloteh. Nggak ada gentle2nya.
"Bisa diganti kantor ya? Biaya entertain" katanya santai saat kami sudah keluar restoran tepat saat aku memasukkan bill dalam tas.
Iyaaksss... Dasar Malingshiter, aku meringis. Demi menjaga kesopanan Nay, cepetan pamit.
"Pak Glenn, mau keliling dulu?"
"Iya, saya ada janji juga disini setengah jam lagi" jawab Pak sambil melihat arlojinya.
Pasti cari makan gratis lagi batinku. 
"Ooh... Baik saya pulang dulu ya Pak"
---
Gue memaki si Malingshiter sepanjang perjalanan. Jatah makan gue sebulan ludes. Mana mgkn gue minta ganti ke kantor. Ini kan malam minggu. Nanti gue malah menjadi dituduh minta ganti uang dinner date. Dan muncul gosip yg tdk mengenakkan. Sorry lah yaw mending eike rugi bandar boo. 

#hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan cerita itu tidak disengaja, bukan bermaksud melecehkan pihak manapun ;)

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di cafĂ© ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---