Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

Secret Admirer

Bukan salahmu kalau sekarang aku terjatuh Jatuh dalam perasaan yang begitu dalam yang masih malu-malu kusebut cinta Walaupun aku hanya bisa membisikkannya lirih hingga nyaris tak kau dengar, Tapi aku cukup bahagia Lebih dari cukup untuk membuatku tersenyum sepanjang waktu ketika mengingatmu Cukup menggetarkan hatiku bila mendengar dering ponsel meneriakkan pesanmu Biarkan aku belajar setia sendiri  Biarlah ku simpan rasa ini sendiri Karena aku tak ingin merusak yang telah ada antara kau dan aku 

Shitlicious (again)

Hai... hai... gue datang kembali. Mau nanya nih, pernah nggak sih kalian suka sama sesuatu atau seseorang? pasti pernah donk, kalau belum pasti lebih ngenes daripada nasib jomblo dimalam minggu -_-"

Sepucuk Surat Untukmu...

Aku tak ingin mengawali surat ini dengan menanyakan “bagaimana kabarmu?” karena bagiku pertanyaan itu terdengar sangat basa-basi mengingat pasang surut hubungan kita yang akhirnya menemukan titik akhirnya.

Secangkir Kenangan

  Sekarang aku disini, seperti melakukan pengulangan perjalanan kita ke Jogja satu tahun yang lalu. Tapi kali ini bukan diwarnai tawa dan pelukan. Hanya air mata dan sepi yang menyelimutiku sepanjang perjalanan. Dan yang jelas tak ada kamu disampingku.

Seribu Barbie untuk Dila #2

Erwin kembali lagi dalam hidupku, pria yang sangat ku benci karena dialah penyebab Bapak meninggalkanku dan Ibu untuk selamanya. Dia kembali karena perjodohan yang direncanakan oleh Bu Harjo dan Ibu. --- 

Bermimpilah...

“Jangan suka bercita-cita tinggi, cita-cita tinggi Cuma punya orang yang beruang, masuk kuliah itu berapa juta, duitnya dari mana? eling ndug Ibu mu itu Cuma buruh nyuci, kalau kamu mau nerusin sekolah lagi apa ndak kasihan sama Ibumu, ga isitirahat dan terbebani sama biaya kuliah kamu nantinya yang mahal, mbok ya kamu kerja saja, biar ibu mu nggak terlalu kerja keras, bisa istirahat, kamu dapat duit, dapet barokah surga juga bisa bantu-bantu ibu kamu”

Seribu Barbie Untuk Dila

mike tagle photography “Dijodohkan?” Alisku bertemu, dahiku berkerut-kerut. Oh please, segitu desperate-nya kah Ibu memandangku? Oke, aku memang… ku akui aku memang sudah melajang selama 3 tahun. Tak pernah terlihat menggandeng pria manapun dalam 3 tahun ini. Tapi dijodohkan? Itu kata-kata paling kuno yang pernah ku kenal. Ini bukan lagi jaman Siti Nurbaya. Aku menghirup nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan bicara. “Dengan siapa aku dijodohkan Bu?” aku mencoba menahan intonasi suaraku agar tetap terkontrol. “kamu masih ingat sama Bu Harjo?”