Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Aku Masih Kalah

Apakah begini rasanya dicampakkan? Seperti tebu yang telah habis dihisap manisnya? Kamu tidak bisa seperti itu padaku, man! Aku terkikik geli mendegar joke teman pria baruku, padahal setengah mati aku tidak ingin tertawa. Aku melirikmu berharap melihat cemburu di matamu tapi kau malah buang muka saat aku memergokimu sedang menatapku. 1-0, man! Aku tak akan membuatmu merasa menang. Pria di depanku rupanya mulai membicarakan hal lain, diam-diam dia menggenggam tanganku yang terkepal diatas meja. “I love the way you laugh” Aku memasang muka malu-malu khas abege, agar pria di depanku tetap melanjutkan gombalannya. Aku kembali melihat ke arahmu. Oh tidak, siapa wanita yang sedang cipika-cipiki dengan kamu? Apakah dia yang membuatmu mencampakanku? Darahku naik ke ubun-ubun. “Aku pulang” aku beranjak meninggalkan pria di depanku kebingungan. Masih saja aku belum bisa mengalahkanmu karena rasa itu masih ada. Aku masih cemburu. Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti pro

Love is in The Air

Love…love..love… Rasanya aku tak lagi berpijak di bumi. Aku tak lagi menghirup oksigen tapi rasanya aku menghirup cinta. Aku telah dilambungkan oleh perasaan mendebarkan yang disebut cinta oleh kebanyakan orang. Aku bisa melihat cupid-cupid tertawa cekikikan di sekitarku. Tapi sedetik kemudian aku sadar, aku memang tak lagi berpijak di bumi dalam arti sebenarnya. Aku terbang diatas lautan manusia yang sedang mengerubuti seseorang. “Farah.. jangan bercanda dong, Farah” Ben mengguncang tubuhku, tubuhku yang sedang terbujur di depan pintu masuk cafe dengan senyum yang masih menempel di wajahku. Tiba-tiba sebuah kesadaran menghampiriku, Ben mengungkapkan perasaannya padaku dengan bernyanyi di depan café yang sering kami kunjungi.  Dan pasti aku pingsan saking senangnya, karena sikap baik Ben padaku selama ini yang sering membuatku geer mati-matian bukan karena dia hanya menganggapku sahabat tapi karena dia juga menyimpan rasa yang sama denganku. Aaak… Bagaimana caranya aku kem

Jangan Pergi Lagi

Aku tak pernah memikirkan lagi orang yang sudah melangkah keluar dari hidupku.  Bagiku masa lalu ada di belakang dan tak seharusnya diseret-seret menuju masa depan. Tapi  semua teoriku tersebut terpatahkan olehmu. Aku tak tahu bagaimana rasa ini masih ada meskipun kamu sudah melangkah keluar dari hidupku bertahun-tahun yang lalu. Kamu bukan cinta pertamaku, tapi entah kenapa mendengar namamu saja hatiku bergetar tak karuan. Aku sedang iseng mengunjungi pusat perbelenjaan saat ku dengar seseorang meneriakkan namamu. Tetap saja hatiku mencelos mendengarnya. Nama Raka tak hanya dimiliki olehmu tapi bagaimana bisa aku selalu berharap itu kamu. Dengan ragu aku menoleh pada sumber suara. Dan jantungku seperti berhenti berpacu, itu kamu. Aku mengerjapkan mataku dan melihat lagi ke arahmu, sesosok pria itu memang kamu. Tatapan kita bertemu. Aku membeku dan kamu masih diam ditempatmu. ---

A Choice

Ini hari terpenting dalam hidupku. Keputusan yang ku ambil hari ini akan mempengaruhi hidupku besok dan seterusnya. Sengaja aku datang lebih awal di sebuah café dimana kami biasa menghabiskan waktu berdua, berharap aku lebih bisa menguasai keadaan daripada seseorang yang ku tunggu kehadirannya. “Maaf telat Key” Gio mencium keningku, kebiasaannya yang ku maklumi dalam hubungan kami. Aku hanya tersenyum. Gio melambaikan tangan pada pramusaji dan menyebutkan minuman pesanannya, secangkir cappuccino. “Kamu bilang ada hal penting yang ingin kamu bicarain sama aku?” Mata Gio membulat penuh harap. Hatiku tercubit, nyeri.