Ini hari terpenting dalam hidupku. Keputusan yang ku
ambil hari ini akan mempengaruhi hidupku besok dan seterusnya. Sengaja aku
datang lebih awal di sebuah café dimana kami biasa menghabiskan waktu berdua,
berharap aku lebih bisa menguasai keadaan daripada seseorang yang ku tunggu
kehadirannya.
“Maaf telat Key” Gio mencium keningku, kebiasaannya
yang ku maklumi dalam hubungan kami. Aku hanya tersenyum. Gio melambaikan
tangan pada pramusaji dan menyebutkan minuman pesanannya, secangkir cappuccino.
“Kamu bilang ada hal penting yang ingin kamu
bicarain sama aku?” Mata Gio membulat penuh harap. Hatiku tercubit, nyeri.
“Mengenai permintaanmu beberapa waktu lalu, Gio. Aku
sudah memutuskan jawabannya” Ku atur intonasiku setenang mungkin. Gio meremas
jemariku.
“Take your time, Key”
“Aku sudah siap sekarang” Ku pinggirkan gelas orange
juice ku yang masih berisi separo ke tepi meja agar bisa menatap langsung kedua
mata Gio.
“Aku selalu menikmati waktu-waktu kebersamaan kita
Gio, aku merasa menjadi wanita paling beruntung sedunia karena memilikimu disaat
senang maupun sedih ketika orang yang seharusnya di sampingku tak bisa
menemaniku. Aku selalu tersanjung melihat caramu menatapku. Aku selalu merasa
special bila disampingmu”
Gio hanya diam tapi senyumnya tak pernah hilang dari
wajahnya.
“Tapi seperti kamu tahu, aku terikat hubungan dengan
pria lain. Kami berdua sudah melewati banyak hal yang merekatkan maupun
merenggangkan hubungan kami. Dan kamu datang saat aku dan dia sedang berjarak.
Aku menemukan cinta yang lain, cinta yang belum pernah diberikannya untukku”
“Key…”
“Biarkan aku melanjutkan Gio”
Ku dongakkan wajah ke atas untuk menghalau air mata
yang akan tumpah.
“Aku juga sayang kamu Gio, tapi aku tidak bisa
mengorbankan hubunganku dengan dia yang telah kami jalani selama 6 tahun.
Semalam dia datang untuk minta maaf dan melamarku”
“Aku mencintaimu lebih dari dia Key, I do better
than him”
Setetes air mata merembes, mengalir jatuh diatas
genggaman tanganku.
“Jika kamu mencintaiku lebih besar dari dia, aku
yakin kamu bisa melepasku untuk berbahagia dengannya”
Egois! aku merutuki kata-kata yang dengan mudahnya
meluncur dari bibirku untuk melukai pria di depanku.
“10 menit lagi dia akan datang kesini Gio, dan aku
akan mengiyakan lamarannya”
“I do love you Key, dan bila bersamanya lah yang
membuatmu bahagia, aku akan baik-baik saja dan turut bahagia”
Gio beranjak pergi meninggalkanku. Senyum
terakhirnya yang diberikan padaku sebelum menghilang di depan pintu sehangat
biasanya. Membuat dadaku lebih nyeri dari sebelumnya.
“Hai sayang, maaf aku telat” Raka, kekasihku mencium
pipi kananku.
“Aku juga baru sampai kok” Aku sengaja pindah
mencari tempat duduk di sudut café dekat jendela. Agar Raka tidak curiga dengan
kebohonganku.
“Kamu mau strawberry juice?”
“Sayang, tawaran kamu semalam belum telat kalau ku
jawab hari ini?”
Raka tersenyum lebar, dia mengeluarkan kotak cincin
yang dibawanya semalam.
“Will you marry me, sweetheart?”
Aku mengangguk, mengulurkan jariku agar Raka bisa
memasangkan cincinnya di jari manisku.
Sepasang mata mengawasi kami dari balik jendela,
luka dan bahagia membaur dalam tatapannya.
keren (y)
ReplyDeletebrkunjung juga ya ke aanarham1908.blogspot.com