Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Melepas Mimpi

Sejak kecil saya suka membaca dan menulis. Semua buku di perpustakaan SD mungkin sudah saya baca semua, dari cerita daerah sampai buku cara membuat keripik. Di SMP pun saat teman-teman saya pergi ke kantin di jam istirahat, saya lebih suka ke perpustakaan. Kesukaan saya membaca semakin bertambah saat saya menemukan teman di SMK yang memiliki hobi sama. Saya kenal Harry Potter saat SMK, saya ingat sekali bagaimana susahnya meminjam buku Harry Potter, karena novel yang dimiliki di perpustakaan umum di tempat saya hanya punya satu tiap seri. Setiap hari saya dan teman saya pergi ke perpustakaan, berharap seri Harry Potter yang belum kami baca sudah dikembalikan di perpustakaan. Saya rela pulang sore, tidak dapat angkot pulang dan harus jalan kaki atau menunggu mobil pribadi yang mau ditumpangi pelajar. Lewat buku-buku yang saya baca, mimpi saya melambung tinggi. Saya memiliki cita-cita untuk bisa belajar di luar negri dan tinggal di sana. Memiliki mimpi bagaimana saya akan menjalani hidu

Sebilah Pisau

Robin William said that the saddest people always try their hardest to make people happy. Because they know what it’s like to feel absolutely worthless and they don’t want anybody else to feel like that. And then I thought that I was one of them. Aku sedang memasuki masa-masa terkritis dalam hidupku, saat aku tak lagi bisa berpura-pura mengukir senyum dan menyebar tawa dengan orang-orang di sekitarku. May be they thought I was fine, tapi aku tidak bisa menyalahkan mereka karena aku memang tidak bisa membuka topeng yang selalu ku pakai sejak dulu. Aku orang kesepian, tapi aku pura-pura bisa melakukan semua sendiri tanpa perlu ditemani. Aku ingin bercerita, tapi aku takut melihat belas kasihan pada pandangan mereka. Aku ingin menangis, tapi otak ku selalu berkata air mata hanya untuk orang-orang lemah. Aku tegar, tapi aku butuh tempat untuk bersandar. Ku tatap sebilah pisau di genggamanku, ujung runcingnya seolah menggodaku, menantangku apakah aku sanggup merasakan sayatan-sayatan yang

About Marriage

Tidak ada yang mengatakan mudah, tapi tidak akan menjadi sulit bila kedua belah pihak saling mengerti. Itu lah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sebuah pernikahan bagiku. Masih melajang diantara teman yang sudah memiliki pasangan dan mendengar curhatan mereka serta melihat sendiri kehidupan mereka secara langsung membuatku banyak belajar. Menikah menyatukan dua pribadi yang berbeda, pun menyatukan dua keluarga besar. Mengetahui kepribadian sebenar-benarnya pasangan kita saja mungkin setelah menikah karena kita menghabiskan waktu 7x24 jam bersamanya. Kadang mereka  yang telah menikah takut untuk menceritakan masalah rumah tangga pada kami si lajang karena takut kami memiliki pemikiran buruk tentang pernikahan. Ya, kadang kami takut, merasa kebebasan kami akan terenggut setelah menikah nanti. Tapi, memiliki seseorang yang bisa menjadi tempat untuk berbagi senang dan sedih, terdengar seperti ide yang bagus. Pernikahan orang tua saya tidak berjalan dengan baik, teman-teman saya y