Skip to main content

Tolong Mengertilah



Maaf aku mengecewakanmu
Maaf aku tak bisa menepati janjiku
Aku tak kuasa dirantai tanggung jawab
Andai bisa kubelah tubuhku menjadi dua
Akan aku lakukan,
Agar dua sisi bisa saling berdamai dan berbahagia
Agar keduanya mendapat jatah yang rata dan tak merasa diberatsebelahkan
Andai bisa jiwaku melayang dan ragaku tetap disini
Akan aku lakukan
Biar kau bisa ditemani  jiwaku
Dan mereka menangisi ragaku
Tapi aku manusia biasa
Yang hanya bisa berencana, dan hasilnya ditentukan oleh-Nya
Apa yang bisa kulakukan selain berusaha dan berdoa?
Aku hanya butiran debu yang dengan mudah diterbangkan takdir-Nya
Bila usahaku sudah tak berhasil
Dan bila doaku belum dijawab oleh-Nya
Apa yang bisa ku lakukan?
Tolong mengertilah…
Aku hanya manusia biasa

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di cafĂ© ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---