Skip to main content

Office Story - Sopir Ngaco

Otw pulang setelah Meeting dikawasan kota. Chinese townnya Jakarta.
"Tau gak Nay, disini nih surganya ajep-ajep" celetuk driver Ngaco.
"eh?"
"Apalagi di Orchid club mas, wuihh mantep" Sambung mbak Rosa
"Pernah kesitu juga lu Ros?"
"Gue pernah diajak temen gue sekali,gue pulang duluan waktu itu, dia dateng jum'at malem, senin pagi baru pulang"
"Gila ya temen lu"
"Ngapain aja mbak Ros? Emang ga tidur? Tanyaku polos.
"Belum cukup umur Ros" Celetuk Driver Ngaco sambil menertawakanku.
"Kalo elu nyimeng Nay, walaupun gak suka joget, elu pasti turun, nyimeng bikin elu ga bisa diem"
"Jadi dr jum'at sampe senin temen mbak Ros joget terus gitu?"
"Mau nyobain Nay?" Driver ngaco mulai menghasut.
"Astagfirullahaladzim, eling gusti Pak"
"Hahaha... Mas lu tau kan yg Nineteen club? Anjiiir sekali kesono gaji gw langsung amblas"
"Alah mbak, ga usah ngomongin club2 deh, Pak Driver ini sukanya mangkal di citereup, pake sms nyasar segala udah ga ada ikatan"
"Malu Nay jangan ngomong gituan" Sopir ngaco salah tingkah.
"Gimana Nay cerita donk2 cerita"
"Boleh ya Pak?" tanyaku pura-pura
"Lagi usaha Ros di Citereup"
"Usaha apaan Mas?"
"Usaha cari bini kedua"
Kontan aku dan Mbak Ros tertawa terpingkal-pingkal bersama.

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di cafĂ© ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---