Kupandangi foto ibu di hapeku. Garis-garis keriput sudah menghiasi wajahnya yang bersahaja. Wajah yang tak pernah terpoles cream anti-aging yang marak dipasaran. Wajah yang selalu memancarkan ketenangan hati buatku bila memandanngnya. Wajah yang bisa mengukir senyum dalam luka. Dan satu-satunya berkah dari Tuhan karena ku telah diijinkan memilikinya yang tak pernah sekalipun meninggalkanku walaupun sekarang aku yang pergi memberi jarak.
Ibu bagiku adalah sesosok wanita
tangguh. Bagaimana tidak, dia yang membiayai semua kebutuhanku sampai aku
dewasa dan akhirnya bisa mencari sesuap nasi sendiri. Dia yang mengajariku
mengenal angka dan huruf untuk pertama kalinya. Mengajariku mengenal Tuhan dan
mengajariku bersyukur dalam keterbatasan hidup kami.
Dulu mungkin sesosok Ibu kurang bagiku. Aku membutuhkan
figur lain yang lebih tangguh dan tegas yang bisa mengayomi kami. Aku tak
pernah puas karena hanya ada tanda tangan ibu di raport sekolahku yang bertabur
nilai cemerlang. Aku iri melihat seorang anak duduk diantara ayah dan ibunya
saat naik motor. Aku iri melihat anak lain dijemput ayahnya bila pulang
kesorean sedangkan aku hanya mengandalkan belas kasihan orang yang lewat. Ku
pikir dunia teramat sangat tidak adil bagiku dulu. Aku marah aku mengumpat pada
sesuatu yang kupikir ketidakadilan.
Tapi, akhirnya Tuhan selalu punya
rencana indahnya dibalik hari-hari berat yang kita lalui. Selalu ada
pembelajaran yang kita dapatkan dari ujian berat yang kita lalui. Aku bangga
pada Ibu yang mampu menjaga hati dan citranya sebagai orang tua tunggal.
Menjaga hatinya untukku, agar cintanya tak pernah terbagi dan tetap utuh
untukku.
Saat aku jauh dari Ibu, aku mulai
sadar betapa berharganya Ibu untukku, tak akan pernah ada sosok lain yang mampu
menyaingi dan menggeser posisi ibuku dari prioritas hidup dan tempat khusus
yang ku bangun dalam hatiku untuk ibu. Senyum dan bahagianya yang akan menjadi
sumber bahagiaku. Ridho dan restunya lah yang selalu aku dambakan.
Ibu, aku hanya ingin kau tahu, dan
aku tahu kau pasti tahu aku bukan orang yang dengan gampang memperlihatkan isi
hatiku yang sebenarnya pada orang lain. Tapi aku harap kau juga tau aku
menyayangimu segenap hatiku. Kau adalah sosok yang ingin sekali ku tiru
saat aku membesarkan anakku kelak. Mengajari segala sesuatu dengan kasih sayang
dan kesabaran yang luar biasa, tak pernah melontarkan kata-kata kasar, tak
pernah memberikan pembelajaran dengan bentuk kekasaran fisik.
Ibu, sebentar lagi aku pulang.
Ingin rasanya hari berlalu dengan cepat sehingga aku bisa segera berangkat
pulang dan kemudian waktu bergerak melambat saat aku menghabiskan waktu
dirumah. Tunggu aku pulang ya Bu, hanya
padamu tempatku kembali *mengutip lagunya Afgan dikit* kecup jauh untuk Ibu :* :*
Comments
Post a Comment