Selalu terulang kembali kejadian seperti ini. Jatuh cinta
pada seseorang yang nggak mungkin aku miliki. Kalo dulu-dulu yang ingin aku
miliki adalah cowok yang perhatian ke ceweknya tapi yang sekarang aku ingini seperti wanita mendambakan seorang pria.
“huufffttt” ku hembuskan nafas keras-keras untuk mengurangi
beban dihatiku. Bagaimana bisa aku memiliki rasa kehilangan yang begitu besar
kalau aku tidak pernah memilikinya??
Pertama kali aku jatuh cinta saat SMP aku harus merelakan
seseorang yang aku cintai untuk dimiliki oleh temanku. Nama cowok itu Ari. Dia
nembak aku saat pertengahan semester awal kelas 7. Tapi aku menolaknya karena
aku tahu, Nina sahabatku sangat menyukai Ari dan aku nggak mau buat teman
baruku itu kecewa. Sungguh heroik sekali kan tindakanku? Atau bodoh sekali?
Saat menginjak kelas 8, Nina jadian dengan Ari. Very good, Nina nggak
mempertimbangkan perasaanku yang masih menyimpan rasa pada Ari. Kejadian kedua
dan ketiga ga jauh beda, dan sekarang aku jatuh cinta pada seorang Pria yang
tidak mungkin aku miliki karena dia telah mencintai seseorang dan sudah
berencana untuk melamar gadisnya. Kuhabiskan semalam untuk menangisi nasibku.
Dan seminggu kemudian aku mengajukan resign ke kantor dengan alasan yang kubuat-buat. Gimana bisa aku tahan melihatnya
setiap hari? Mendengar tawa renyahnya setiap hari dan tau dia tidak akan pernah
jadi milikku? Ohh… Damn it! Memikirkannya membuat dadaku sakit.
Dan disinilah aku sekarang. Menikmati pekerjaan baruku
dikantor baruku. Sesekali masih memikirkannya tapi aku terlalu takut untuk
menanyakan kabarnya. Apalagi kalo dia mengirim undangan pernikahannya atau
hanya tag picture undangannya di facebook. Itu merupakan mimpi buruk yang
paling dan sangat ingin aku hindari.
Teman sekantorku tak ada yang tahu kalo aku menyukainya,
namanya Danadyaksa.
“cukup panggil saya Dana” Ucapannya saat dia baru pertama
kali masuk kantor masih terngiang-ngiang diotakku. Oh god… I’m really really
love him so much. Kalian percaya dengan cinta pada pandangan pertama?yeaah itu
yang kualami sekarang. Dan setelah mengenalnya cukup lama aku semakin
menyukainya. Dan kabar burung dia akan melamar gadisnya membuat perasaanku
hancur berkeping-keping.
Hari ini malas sekali langsung pulang ke kosan. Jadi
kuputuskan untuk nongkrong di café terdekat. Tapi sungguh ini diluar dugaanku.
Dana datang menghampiriku. Dana yang itu yang barusan aku ceritakan.
“hai Cha”sapa Dana seperti kami memang janjian bertemu
disini.
“Hai Dan, kok lu bisa kesini? Setau gue kantor lu jauh dari
sini dan rumah lu juga ga deket2 dari sini” celotehku panjang lebar karena
shock melihatnya didepanku saat ini.
“takdir” sahutnya singkat dengan cengiran konyolnya itu yang
membuat jutaan kupu-kupu menari-nari senang dalam perutku.
“semoga takdir baik yang mempertemukan kita” kataku geje
plus melodramatis.
Dan dia malah tertawa.
Aku deg-degan.
“kenapa sih lu resign?” dia menatap langsung ke mataku dan
aku belingsatan “tanpa alasan yang jelas seperti kata-kata lu yang konyol dan
geje itu”
“gue pengen cari pengalaman baru” dustaku.
“ gue kan ga punya alesan rajin masuk dan lembur tiap hari”
ucapnya lirih tapi samar-samar aku bisa mendengarnya
“hah?”
“yuk gue anter pulang. Udah malem”
“lu ga pesen minuman?”
“gak, gue cuma nyamperin lu doank”
Jawaban geje lagi yang aku dapet. Dasar orang geje sedunia
tapi aku sayangi setengah mati.
↘↗↖↗↘
“kenapa lu resign sih cha, lu salah satu alasan gue tetep
masuk ke kantor itu walaupun target gaji gue ga tercapai” obrolan kami dicafe itu
masih berlanjut ternyata.
“hadooooh… ga usah geje deh” akuberusaha menghilangkan
perasaan deg-degan yang bisa menghancurkanku.
“ lu mau jadi istri gue Cha? Tempat gue berbagi suka dan
senang disisa hidup gue,jadi ibu yang membesarkan anak-anak gue?”
Wait wait wait… dia melamarku…. Suasana tiba-tiba berubah
kacau. Alarm kebakaran ada dimana-mana dan aku dibangunkan oleh alarm ga tau
diri yang ngrusak mimpi indahku.
Oh god… it was just dream.
Gue bergegas mandi dan siap siap berangkat gawe.
“Cha ada undangan pernikahan tu di meja lu” teriak merlyn
dari kubikelnya saat aku baru nongol dari pintu.
“yeah” jawabku malas
Setelah duduk dikubikelku kuraih undangan pernikahan itu.
Warnanya pink, warna favoritku, undangannya simple tapi eye catching banget.
Danadyaksa & Marisa. Aku langsung menangis membaca nama
yang tertera dikartu undangan itu. Dana
akan menikah. Untung saja dia tidak memberitahuku semalam. Karena pasti aku
akan sangat kacau dalam mengatur emosiku. Handphone ku bunyi. Ada telpon masuk
dari nomor tak dikenal.
“halo” aku menjawabnya sambil menghapus air mataku.
“halo dengan Ibu Marisa? Sudah terima undangan saya?” suara
Dana diseberang sana.
“gue Chacha bukan Marisa Dan, lu salah sambung ya”
“nama lengkap lu bukannya Marisa Agustine?”
Waitwaitwait…
Kulihat undangan itu dengan seksama. Tanggal pernikahan di
undangan itu masih kosong.
“Danaaaaa…… maksudnya apaaaa?” teriakku histeris
“Maaf Cha…” suara Dana terdengar seperti dibelakangku. Dan
dia memang benar dibelakangku.
Aku langsung memeluknya. Dan menangis terisak dipeluknya.
Dia melepaskan pelukanku dan merogoh saku celananya. Mengeluarkan sebuah cincin
dan memasangnya dijari manisku.
“aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anak ku kelak Cha, and
I want to grow old with u, will u marry me?”katanya lembut dan aku memeluknya
kembali. Aku mengangguk dalam isak
bahagiaku.
Ternyata kabar burung yang mengatakan dia akan melamar
gadisnya itu benar. Dan gadis itu adalah aku ;)
Comments
Post a Comment