“Ayo bangun, subuh dulu”
“Bukannya ada stock?”
“Eh, subuh”
“Eh, aku pasti masih kebawa mimpi”
batinku.
“Ayo subuh” Ibu menggoyang-goyang
tubuhku sambil menggelitikku. Aku mengerang , melirik jam yang tertera di
handphoneku sambil memicingkan mata.
5.03 AM
“5 menit lagi Bu” aku menarik
selimut menutup muka, ku dengar langkah ibu meninggalkan kamar
2 menit kemudian.
“Ayo bangun subuh” Ibu menyingkap
selimutku membangunkanku lagi.
Aku bangun, dalam posisi duduk ku
raih handphoneku. Kulirik jam dihandphone
5.05 AM
“3 menit” Aku kembali merebahkan
tubuh ke kasur. Ibu pergi, masih sabar.
10 menit kemudian.
“Belum bangun-bangun iki piye? Ayo
bangun subuh, ini bukan Jakarta, udah siang, lihat mataharinya udah diatas
kepala blablabla….”
Ibu sudah mulai emosi. Aku
bangun. Terduduk dikasur lalu memeluk Ibu.
Ibu mengelus rambutku. “Ayo
subuh, udah siang” Kata-kata Ibu kembali melembut.
Aku bangun terseok-seok menuju
kamar mandi.
---
Terima kasih
Tuhan sudah memberikan Ibu yang sabar dan lembut untukku yang bandel, dan mempunyai
mood yang mudah berubah tak tahu waktu. Yang terkadang bisa menjadi gadis cerewet
dan tak jarang menjadi gadis super
pendiam. Saat-saat berada didekatnya merupakan hal yang kurindukan siang dan
malam.
Comments
Post a Comment