Skip to main content

Bagian dari Mimpi





Debu serbuk kayu yang menyesakkan dada…
Bau finishing yang membakar tenggorokan dan memedihkan mata…
Denging suara mata gergaji membelah kayu…
Denging mesin router…
Semua terdengar seperti melodi indah yang menyemarakkan hidupku. Yang kadang ku rindukan tapi terkadang ingin rasanya ku tinggalkan bila .
Hampir 4 tahun aku menggeluti bidang interior kontraktor. Menciptkan interior rumah idaman bagi pasangan muda maupun pasangan mapan. Membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, because “if you can dream it, we can make it”, itulah motto kami.
Bukan waktu yang singkat ku rasa untuk mencoba mengenal dunia tersebut, mempelajari  segala macam material yang biasa dipakai, budgeting, proses produksi, teknis pembuatan, client yang mempunyai segudang mimpi untuk diwujudkan dan segala macam hal yang berhubungan dengannya. Tawa, canda, amarah, air mata semua ikut mewarnai perjalanan 4 tahunku menggelutinya. 
Aku tak pernah bermimpi akan menggeluti bidang ini, ini bukan mimpiku tentu saja. Tapi bidang ini adalah salah satu jalanku untuk menemukan mimpiku sebenarnya. Salah satu tangga dimana aku bisa meraih mimpiku.
Disini aku diajari banyak hal, mengenal manisnya perkenalan, mengikhlaskan perpisahan, menjadi lebih akrab dengan kebersamaan dan kekeluargaan, mengenal putih-hitamnya hidup. Disini lah aku mulai mengenal sisi lain hidup yang tak pernah ku ketahui selama ini. Aku benar-benar dihadapkan pada dunia nyata, keluar dari zona nyaman yang selama ini ku tinggali.
Rasa terima kasih tak kan mampu membayar pengalaman yang telah ku peroleh disini. Bila nanti aku harus benar-benar mengucapkan selamat tinggal dan menjalani mimpiku sebenarnya. Aku harap aku akan tetap menjadi  salah satu anggota keluarga besar yang mengajariku hidup sebenarnya.  

07/2009-01/2013
 

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di café ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---