Skip to main content

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com

“Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku.
“Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di café ini.
Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini”
“Perlu aku temenin?”
“Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini”
“Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut”
Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku.
Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat.
Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi.
---
“Cobalah buka hatimu untuk Priyo sayang, sudah genap setahun Damar meninggalkan kita” Kata Ibu saat aku pamit berangkat ke Jogja.
“Laras sedang mencobanya Bu”
Ku ingat kata-kata Ibu sepanjang perjalanan. Aku sudah mencoba untuk mencintai Priyo. Tapi entahlah, aku seperti robot yang hidup tapi tak mempunyai hati. Hanya hidup, bergerak  tanpa hasrat dan rasa.
Kereta perlahan-lahan meninggalkan Stasiun Senen menuju Jogja membawa misiku untuk melarungkan kenanganku bersama Damar. Bunyi gemuruh kereta kembali membuatku mengenang perjalananku dan kamu ke Jogja satu tahun lalu. Perjalanan yang diwarnai tawa, pelukan dan mimpi. Kamu  berjanji, akan ada perjalanan ke Jogja untuk kedua, ketiga dan seterusnya. Tapi Damar, kamu ingkar, kamu pergi meninggalkanku sendiri bersama duka dan sejuta kenangan yang telah kita ukir bersama.
Andai saja tidak terjadi kecelakaan naas itu, mungkin perjalanan ke Jogja tak akan sesepi dan sesedih ini. Ku lihat semua penumpang disekitarku telah terlelap dan terbuai dalam mimpi mereka. Tiba-tiba air mataku mengalir begitu saja. Aku terisak perlahan. Aku rindu pelukanmu, aku rindu senyummu, aku rindu semua yang ada pada dirimu Damar. Setiap sudut kereta saja mengingatkanku padamu, bagaimana dengan setibanya aku di Jogja nanti? Masih sanggupkah aku berdiri tegak melewati sudut-sudut kenangan kita selama di Jogja?
Kereta yang membawaku kembali ke Jogja dengan berlahan mengurangi kecepatannya dan berhenti di Stasiun Lempuyangan, gerbang utama ku untuk kembali menelusuri sudut-sudut kenangan kita yang telah mengkristal.
Ku lihat bayangan wajahku di cermin yang sembab, air mata ini seperti bocor dan terus mengalir begitu saja.
“Kamu ndak apa-apa nduk?” Tanya seorang wanita yang ku taksir usianya sudah diatas 40.
Aku menggeleng dan tersenyum. Lalu mencuci wajahku.
Kutinggalkan stasiun lempuyangan.
---
“Kamu tahu nggak, orang disekitar sini punya mitos soal asmara”
Aku melirikmu yang sedang memandang lurus kearah candi Prambanan.
“mitos apa?” aku menggelayut manja dilenganmu.
“orang yang pacaran bisa putus kalau ke Prambanan berdua” kau memandangku penuh arti.
“Aku ga percaya, ayo kita buktikan” Aku menarik lenganmu untuk bergegas menelusuri kemegahan candi Prambanan.
Kenangan itu terekam jelas dalam memori otakku. Kita bukan putus sayang, tapi kita dipisahkan oleh kematian. Tak kuasa aku menahan air mata. Lagi-lagi aku menangis. Aku cengeng sekali setelah kepergianmu, padahal dulu kau selalu memujiku sebagai wanita yang tegar.
Aku seperti orang linglung, ku kelilingi candi Prambanan sendirian sambil menggali-gali kenanganku denganmu. Aku tersenyum sekaligus menangis, menikmati kenangan-kenangan kita yang coba ku putar ulang dihatiku.
Candi Prambanan, pasar beringharjo, sepanjang Jl. Malioboro dan semua sudut Jogja telah berhasil  melumpuhkanku. Hati ku benar-benar sudah terkoyak oleh Kristal-kristal kenangan kita.
---
“Hai sayang, aku menepati janjiku padamu bukan? Aku telah datang kembali. Meski hanya sepi yang setia menemaniku sepanjang perjalanan kemari tapi aku tahu, kau selalu menemaniku dibalik sepi, bukan? Oya, kamu pasti ingin mendengar ceritaku semenjak kamu pergi, iya bukan?” aku tersenyum penuh arti memandang nisanmu, Damar.
“Tiga hari setelah kepergianmu aku sudah melakukan aktifitasku kembali dengan normal, aku sudah kembali bekerja lho walaupun aku dihujani tatapan aneh oleh teman-temanku, mereka berbicara dengan hati-hati padaku tak seperti biasanya yang suka ceplas-ceplos, menawariku segala macam hal yang bisa ku lakukan sendiri. Tapi seminggu kemudian mereka semua sudah normal kembali kok. Dua bulan setelah kamu pergi aku ketemu Priyo Mar, sahabat kamu yang juga telah menjadi sahabatku juga. Dia menghadirkan tawa lagi dalam hidupku Mar, kamu tahu kan banyolan jayusnya dia kaya gimana? Priyo yang nggak pernah serius dan selalu bercanda tiba-tiba jadi hangat dan perhatian padaku, dia masih sering bercanda tapi cara dia menatapku berubah Mar, entahlah aku tak bisa membaca apa yang ingin disampaikannya melalui jendela matanya” aku menarik nafas panjang sebelum memulai kembali ceritaku.
“kami sering jalan bersama sepulang kantor, kadang-kadang dihari minggu dia mengajakku pergi ke puncak, melihat curug, kebun teh, bukit pelangi  dan semua tempat menyenangkan di Bogor. Lalu dia bilang kalau dia cinta sama aku Mar, aku bingung menjawabnya, dia tau aku masih cinta sama kamu dia bersedia menungguku, menunggu sampai aku siap membuka hati untuknya” air mataku tak bisa dibendung lagi ku usap berlahan ukiran nama Damar di nisannya.
“aku bersedia mencoba menjalin hubungan khusus dengannya Mar, aku akan mecoba menyayanginya. Hanya dia yang mengerti bahwa sampai kapanpun kamu akan tetap memiliki ruang khusus dihatiku. Aku kesini untuk meminta ijinmu, agar aku tak ragu melangkah, agar aku tak lagi menengok kebelakang ketika berjalan menuju masa depan dengannya, aku tahu kamu pasti menyetujui pilihanku karena kamu pernah berkelakar hanya Priyo yang kamu percaya untuk jaga aku kalau kamu nggak ada kan?” aku tersenyum, ku lirik jam tangan yang  melingkari pergelangan tanganku. Satu jam lagi kereta yang membawaku pulang ke Jakarta dan kembali pada Priyo akan berangkat. “Aku pulang dulu ya, jangan khawatir aku akan sering kemari untuk menengokmu sayang, tidak akan sendiri lagi seperti sekarang, tapi aku juga akan membawa Priyo. I love you” ku kecup nisan Damar lalu beranjak meninggalkannya.
Hatiku terasa lebih ringan setelah mengobrol panjang lebar dengan Damar. Ku nikmati embusan angin yang membelai wajahku. Aku mencintaimu Damar, aku tak akan membuatmu bersedih disana dengan melihatku terpuruk. Seperti katamu, aku wanita paling tegar yang pernah kamu kenal. Aku akan membuktikannya. Aku akan membuka lembaran kisah baru dengan Priyo. Akan kurapikan kenangan kita berdua dan ku tempatkan dalam sudut hatiku yang paling istimewa. I love you more than word can say :)


--000--

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

How to Create Crossword Puzzle by Using EclipseCrossword

I got a task last weeks from my lecturer to create a crossword using Microsoft word. There’re two ways to make a crossword puzzle using Microsoft word : - Create crossword puzzle using available crossword puzzle template - Create manually using table Both of that way is quite hassle. But, we can try another way that is easier by using EclipseCrossword software. That file size is only 513 KB. You can download the latest software from this official website. Click here for download. If the program has been installed in your computer, let’s go through the steps involved in creating a puzzle of our own.

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Surga di Indonesia Timur, Labuan Bajo - Part 1

Sebenarnya liburan ke Labuan Bajo udah tahun lalu banget. Mau nulis ada aja halangannya, (sok) sibuk banget. Jadi, berhubung tahun ini liburan tidak termasuk skala prioritas. Boleh lah yaa, gue mengenang hari-hari paling menyenangkan dalam hidup gue bersama kawan-kawan tercinta. Awal mulanya, karena kita bahagia dan agak sedih karena Aini mau menikah. Sebuah ide muncul untuk liburan paling berkesan, yang gak akan terlupakan. Karena waktu itu kita mikir kalo Aini nikah nanti kita pasti gak bisa liburan bareng, seru-seruan bareng karena repot sama keluarga aka suami dan anak. Jadilah, Aini gak mikirin budget buat honeymoon sama suaminya, tapi liburan bareng aku dan Isna. HAHAHA! Aini nikah akhir desember, awal januari kami mulai booking tiket dan cari open trip labuan bajo untuk bulan Mei. Mana mampu nyewa satu kapal untuk bertiga, karena kami adalah #sobatmisqueen. Long story short, berangkatlah kami tanggal 9 mei dari Jakarta ke Bali, nginep semalam di Bali nyambung pesawat ke la