Entah sejak kapan aku berhenti mengikuti jejakmu di jejaring
sosial. Tak sesering dulu dalam mengingatmu. Tahukah kamu arti semua ini? Iya,
perasaanku mulai menyerah.,Karena kau tak pernah mau mengerti. Sejak percakapan
kita selalu berakhir dengan perbedaan pendapat.
Sesuatu yang terlalu cepat dimulai akan berakhir dengan
cepat pula, begitu kata orang. Tapi aku tak menyetujuinya dulu. Karena ku pikir
dengan kau semuanya tak akan pernah berakhir. Terlalu naifkah aku? Atau aku
hanya terjebak dalam bayangan semu sebuah cinta? Atau yang ku pikir itu cinta?
Darimu aku belajar banyak hal. Semenjak ku merasa kau memang
bukan untukku aku menjadi terlalu masa bodoh dengan jodoh. Aku tak ingin
berusaha mencari. Aku tak ingin berusaha mengejar. Kalau memang Tuhan telah
menyiapkan jodoh untukku, dengan kekuatan alam yang misterius kami akan
ditemukan, magnet alam akan menarik kami satu sama lain sehingga tak pernah
terpisah lagi, dalam jarak, dalam ruang waktu maupun dalam perbedaan.
Kamu yang disana, kita memang tak tau kemana takdir akan
membawa kita dimasa depan. Tapi ingatkah kamu percakapan kita untuk berteman
sampai nanti. Aku tak tau apa yang merenggangkan kita saat ini. Membuat semua
tak menyenangkan diujung percakapan. Semuanya serasa serba salah, bahkan aku
sampai takut hanya sekedar untuk menyapamu. Kadang sudah ku ketikkan beberapa
kata untuk sekedar menyapamu, tapi ku hapus lagi dan ku urungkan niatku. Aku tak ingin membuatmu tak nyaman, aku tak
ingin terkesan sebagai pengganggu kedamaian hidupmu.
Kalau memang saat ini aku tak menyapamu, bukan karena aku
benar-benar ingin tak mengacuhkanmu. Tapi aku hanya sedang menunggu sapaanmu
terlabih dahulu. Aku lelah mengawali, sedangkan kau yang selalu mengakhiri.
Tulisan ini ku buat hanya untuk sekedar mengatakan apa yang
seharusnya aku utarakan padamu. Tapi aku memang pecundang yang tak berani
bicara secara langsung denganmu. Aku takut rasa sesak itu datang bila aku
mengutarakannya secara langsung padamu, tapi aku tak menerima responmu sama
sekali. Biarlah ku utarakan disini. Bila memang tak ada respon darimu kuanggap
kau tak pernah membaca tulisan ini.
Jakarta, 29 Oktober 2012 9.23 PM
Comments
Post a Comment