Berkali-kali kutengok bb-ku, masih belum ada notifikasi baru. Pesan yang aku kirim via blackberry messenger padanya masih belum dibaca. Tiba-tiba hatiku sesak padahal sudah beribu-ribu kali aku menerima perlakuan seperti ini. Rasanya kok aku yang menjadi kedua? Tapi aku harus sabar, aku harus mengerti dia memang mempunyai prioritas yang lebih penting daripada aku, yaitu anak semata wayangnya. Dia teman kantorku yang sekarang sudah resmi menjadi pacarku bulan yang lalu. Dia duda beranak satu. Usia kami pun selisih lumayan jauh sekitar sepuluh tahun. Fisiknya tak terlalu mencerminkan umurnya. Dia terlihat lebih muda dari usianya, pria memang selalu nampak awet muda. Selama menjalin hubungan khusus dengannya belum pernah sekalipun aku menghabiskan akhir pekan bersamanya. Karena ada peraturan tak tertulis dalam hubungan kami, sabtu dan minggu adalah waktu untuk anaknya yang berarti juga dengan mantan istrinya. Cemburu? Tentu. Dia dan mantan istrinya walaupun sudah tidak memiliki hubungan khusus tetap saja mempunyai jalinan tak kasat mata, iya, anak mereka.
Sayang maaf, aku masih dengan
Lukman dan Nindya
Satu pesan dari Mas Desta.
Have a nice day Mas :) love u :*
Emot senyum itu, hanya kedok untuk
menutupi kesedihanku tanpanya. Sudahlah Raya, senin sampai jum’at dia selalu
ada untukmu, biarlah sabtu dan minggu menjadi jatah Lukman untuk bisa
menghabiskan waktu dengan kedua orang tuanya, menikmati keluarga yang lengkap.
Aku mencoba menghibur hatiku yang mulai meronta karena sepi yang tiba-tiba
menyergapku.
Berawal dari perjodohan yang
dilakukan manager personalia ku dengannya-lah yang membuat kami jadi mulai dekat.
Tapi kedekatanku dengannya hanya sebatas hubungan rekan kerja. Ruang kerjanya
di lantai dua sedangkan aku dilantai bawah. Akan tetapi suatu pagi aku terkejut
saat susunan meja di ruang kerjaku sudah berubah. Ada satu meja baru di depan
mejaku. Ku pikir ada karyawan baru, tapi rasanya kantor kami belum membuka
lowongan kerja lagi. Sampai ketika jam menunjukkan pukul 9.30 muncul wajah Mas
Desta di ruanganku dan dengan santainya dia menempati meja di depan meja
kerjaku. Aku masih melongo memandangnya ketika dia mulai menyalakan
komputernya.
“Raya?” panggil mas Desta
ragu-ragu. “kamu kok kaya lihat hantu?” Mas Desta mengerling jenaka padaku.
“kok mas Desta pindah di ruang
kerja Raya?”
“Oohh… Pak Danu yang nyuruh” dia
tersenyum penuh arti “biar Mas Desta lebih dekat dengan Raya”
Aku tak bisa menyembunyikan rona
merah diwajahku, iya aku tersipu mendengar jawaban Mas Desta. Entah sejak kapan
rasanya ada yang berbeda bila aku memandang Mas Desta, apalagi saat dia
tersenyum jenaka seperti itu.
“kok boleh sih Mas? Mas Desta kan
punya tim sendiri apa nggak lebih ribet kerjanya?”
“kalo mereka perlu aku kan mereka
bisa nyamperin aku, perintah Pak Danu lebih penting”
“maksudnya?”
“Mas disuruh Pak Danu buat ngawasin
kerja kamu, biar kamu nggak facebook-an mulu”
“idihh siapa yang facebook-an mulu,
paling buka youtube sekali-kali yee”
“nggak kok, Pak Danu bebasin mas
buat pilih ruangan, yang penting mas cocok dan tambah semangat kerjanya”
“apa hubungannya mas Desta jadi
semangat sama ruang kerja Raya? emang ngaruh gitu?”
“ngaruh donk, liat Raya kan jadi
mompa semangat Mas Desta”
“Iiiiikhh…. Mas Desta emang pinter
bikin Raya kegeeran, udahan ah ngobrolnya kerjaan Raya numpuk”
“nggak apa-apa nggak ngobrol sama
Raya, ngawasin Raya kerja mas Desta udah seneng kok”
“Mas desta, udah” aku mendelik pada
mas Desta, tapi dia malah terpingkal-pingkal.
Begitulah awalnya dan lama-kelamaan
hubungan dekat kami bukan sebatas rekan kerja tapi rekanan dalam hal asmara
#ciaatciaaaat
----
“Pagi sayang” sapa Mas Desta riang.
Riang sekali malah. Moodnya sedang
sangat baik nampaknya.
“Pagi” jawabku singkat. Cuma ada
aku dan Mas Desta diruang kerja. 2 temanku yang lain belum datang.
“kok jawabnya ketus gitu, kamu
ngambek ya?” ku lihat bayangan Mas Desta
mendekati mejaku setelah meletakkan tas kerja di mejanya.
Aku membisu, berkutat dengan komputer didepanku.
“Kok Raya diem, ngambek ya?”
Aku mengngkat wajahku menatap mata
Mas Desta.
“Raya sibuk Mas, ada laporan yang
mesti di submit siang ini” aku kembali berkutat dengan komputerku.
“Raya udah sarapan?” tanya mas
Desta, terselip kekhawatiran dalam nada suaranya.
“belum”
“mau bubur apa nasi uduk?”
“nggak ah”
“nanti maag kamu kambuh lho, mau
sarapan apa?”
“yaudah roti bakar sama susu anget
kalau gitu”
“Mas cariin dulu ya”
Aku sengaja mempersulit Mas Desta.
Setauku tidak ada yang jualan roti bakar dekat kantor. Kalau susu hangat mungkin
mas Desta bisa nyuruh OB buatin buat aku. Aku ingin menghukum Mas Desta karena
susah dihubungi kemarin dan juga rasanya aku tidak ingin Mas Desta didekatku
dulu sekarang. Emosiku belum terkendali. Aku takut emosiku meledak-ledak bila
dia didekatku. Aku tahu aku secara tidak langsung telah menandatangani
pernyataan bahwa tak ada hari sabtu dan minggu untuk kami. Karena senin sampai
jumat mas Desta full untukku. Tapi senin sampai jumat kami masing-masing bekerja
walalupun kami bisa saling menatap dan mengobrol sepanjang hari, rasanya tentu
beda bila kami bisa menghabiskan hari
bersama di luar dateline pekerjaan yang menyiksa.
“Mas anterin pulang ya?” tanya Mas
Desta sehabis jam kantor
“Nggak usah, Raya dijemput Bapak”
“Kenapa minta dijemput Bapak?
Kasihan Bapak jauh-jauh kesni jemput kamu donk, kenapa nggak Mas aja yang
nganter kamu?”
“lagi gak pengen”jawabku datar
“Mas ada salah sama kamu? Kok kamu
jutek seharian ini”
“udah ah mas, biarin Raya sendiri
dulu”
“Nggak, kalau kamu nggak mau cerita
kenapa kamu marah sama Mas, mas nggak mau pergi”
“terserah”
“kamu PMS ya?”
Aku menoleh kearah Mas DEsta.
“heem”
“oohh… pantes kamu jutek seharian”
kudenger Mas Desta tertawa lirih.
Aku nggak PMS, jelas-jelas aku
bohong. Pria memang tak sesensitif wanita. Aku menghela napas berat.
“kok bapak nggak dateng2?”
“macet kali Mas”
“Kamu telpon Bapak, kalau belum
jauh minta pulang aja, Mas nganterin kamu pulang, udah gelap Raya”
Akhirnya aku menuruti kata-kata Mas
Desta. Kudiamkan saja dia dalam perjalanan pulang.
“Makasih Mas, Mas Desta nggak usah
mampir, langsung pulang aja”
“iya, jangan lupa makan trus
istirahat, tapi jangan lupa mandi ya, besok kalau bisa PMSnya sembuh, mas ga
tahan kamu cuekin seharian”
“iya”
Mas Desta mengusap kepalaku.
Kebiasaanku tetap sama, ku cium tangannya pamit.
“hati-hati mas”
“iya”
“jangan lupa mandi lalu makan,
jangan tidur malem-malem”
“kapan ya kamu yang nyiapin makanan
buat Mas dan nyiapin air hangat untuk Mas?” Mas Desta menatapku penuh arti.
“Aaaahh… Mas Desta” aku merengek
“aku suka kalau kamu merengek
seperti itu”
“Aku seharian marah tau sama Mas
Desta, bukan PMS, mas Desta emang nggak sensitive” aku meluapkan kekesalanku
pada Mas Desta yang kusimpan sejak pagi.
“Marah kenapa sih Raya?”
“Aku juga bingung kenapa aku marah,
Mas Desta seperti menghilang kalau hari sabtu dan minggu, hilang kaya ditelan
lumpur lapindo”
Mas Desta meraih tanganku. “Minggu
ini kita jalan-jalan yuk”
“Nggak, aku mau Mas Desta sadar
sendiri, nggak sadar setelah aku ngambek seharian”
“Mas kan nggak bisa baca pikiran
kamu sayang, kalau kamu diam mas kan mikirnya kamu setuju-setuju saja”
“Mas Desta emang gak sensitif” aku
merajuk
“Iya, mas minta maaf, sabtu minggu
ini kita jalan yuk, kamu mau kemana?”
“ntar aku pikir-pikir dulu”
“yaudah, masuk gih”
“kenapa nggak Mas Desta aja yang
jalan duluan baru aku yang masuk”
“Mas mau pastiin kamu selamat
sampai rumah”
“ini kan udah di depan rumah”
“siapa tahu kamu sekarang diincer
penculik, kalau mas ninggalin kamu duluan trus kamu diculik”
“ihh… Mas Desta kebanyakan nonton
sinetron deh”
“pokoknya kamu masuk duluan”
“iya, iya…sampai ketemu besok ya
Mas”
Aku mencium pipi mas Desta kilat,
lalu lari kerumah. Hapeku bergetar. 1
pesan baru dari mas Desta.
Raya
cium kok nggak bilang-bilang, kan yang kanan belum nanti pipi mas saling
bertengkar loh
Biarin
:p
mas
pulang ya
iya,
ati2 mas
sunnya
mana?
:*
muahhh
:*
:*muah muah muah
Kok
3 kali?
Pipi
kanan kiri sama kening kamu :*
Aku menghela napas. Nggak pernah
bisa marah lama. Aku benar-benar sayang Mas Desta dan takut kehilangannya. Tapi
aku juga tak bisa menghindari sesak di dada setiap tiba-tiba dia menghilang dan
tak terjangkau olehku. Tuhan, beri petunjukmu…
to be continued...
*terinspirasi cerita sahabat beberapa waktu lalu**
Comments
Post a Comment