Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html
                                                     
Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

gede banget kan itu bungkus tangannya :(

Karena aku nangis dan ngamuk-ngamuk (sorry to Mbak Kristin dan Isna) akhirnya keinginanku dikabulkan, dan aku dibawa ke RS. Siaga Raya di Pejaten (hasil browsing Aini, RS orthopaedi terbaik di Jakarta konon katanya). Setibanya di rumah sakit aku merasa lebih positif, setelah masuk ke UGD kemudian tanganku dirontgen. Aku tidak tahu bagaimana hasil rontgennya. Mbak Kristin, Isna dan Aini yang mendengarkan penjelasan dokter tentang hasil rontgen dan perkiraan biaya operasinya.
Mbak Kristin menjelaskan kepadaku sedikit tentang hasil rontgen dan biaya operasi. DANG! Aku kaget saat mendengar nominalnya (kalau ada yang mau tahu perkiraan biayanya bisa PM ke aku ya, nominalnya nggak akan dibuka di blog ini, hehe). Mbak Kristin dan Isna minta Aini untuk mencoba bicara dari hati ke hati denganku, aku yakin pasti mereka masih kesal denganku karena kejadian sebelumnya. Aini mulai menceritakan tentang hal-hal mistis yang dia dengar dari tiap driver gojek yang mengantarkannya ke ahli patah tulang dimana aku dirawat. Jujur, aku kurang mempercayai hal-hal seperti itu. Tapi aku iyakan ajakan untuk balik ke ahli patah tulang, menunggu hari selasa saat perbanku dibuka.

Hasil rontgen

Aku mulai browsing pengalaman-pengalaman orang yang pernah patah tulang, pengalaman mereka setelah melakukan operasi, kemungkinan kesembuhan di ahli patah tulang untuk menambah keyakinanku. Yap, deep down inside, aku masih yakin untuk menjalankan operasi di RS. Walaupun katanya, rasanya bakal sakit banget karena bayangin aja daging lo setebel itu (iya, aku tebel) dibelek, tulang lo ditanem besi, abis itu dijahit. Selain luka bekas jahitan yang akan selamanya membekas, maklum bang adek masih gadis jadi bekas luka seperti itu jadi pertimbangan (walaupun bekas luka ada dimana-mana juga sih, lha wong jalan meleng dikit aja jatoh, naik motor nggak ada apa-apa aja jatoh) aku juga harus melakukan operasi lagi untuk copot pen. Dan yang jangan pernah dilupain itu besar biayanya. Tabunganku cuma seperempat nilainya dari total biaya operasi. Aku konsultasi dengan bu boss, mengutarakan ketakutanku berobat di ahli patah tulang, dan bus boss mendukung ku untuk melakukan operasi saja, masalah biaya bisa diurus oleh kantor dulu.
Alhamdulillah, ganjalan terbesarku sudah sedikit terangkat, tinggal meyakinkan teman-teman saja. Aku tidak mau mereka merasa tidak dianggap, sudah susah-susah dibawa ke ahli tulang yang jauh, diturutin ke RS tapi abis itu balik lagi ke ahli tulang eeh sekarang minta ke RS lagi, ga tau diri banget sih lu ntong!
Selasa akhirnya tiba, waktunya ganti perban yeay!
Saat itu, aku bicara langsung sama tukang urut dan asistennya, tanya-tanya berapa lama kesembuhanku setelah mereka melihat hasil rontgen di RS sebelumnya. Jawabannya masih sama, untuk kasus lengan atas seperti ku biasanya perlu waktu sebulan tulangnya bisa nyambung lagi, yang artinya aku baru bisa duduk juga setelah sebulan itu. Mbak Sarti yang menjagaku selama seminggu di sana juga tanya apa bisa dirawat jalan saja? Tapi jawabannya malah gak enak, ngeselin. Makin bulat tekad buat ke RS deh, hihihi.
Setelah ganti perban aku hubungi Isna dan Aini untuk tanya pendapat mereka, walaupun intinya aku mau ke RS aja sih. Isna, Aini, Mba Kristin dan Mbak Sarti mendukung untuk pindah ke RS, yeay!!