Skip to main content

Sebuah Prologue



Ehem.. *benerin jilbab* 
Selamat datang kembali di blog yang sebulan lebih mati suri. mungkin ada yang menunggu saya posting kembali atau mungkin ada yang tidak sadar blog ini sudah lebih dari sebulan tak berbagi cerita lagi. Jadi ceritanya gini, saya lagi bikin Self Project buat nulis novel. Ini sedikit saya bagi prolognya. Mohon commentnya ya :) 
Terima kasih. 

-0o0-

Ku pejamkan mata untuk benar-benar merasakan  rasa pahitnya menyebar diseluruh indera pencecapku. Sudah cangkir kedua dan rasanya masih sama. Pahit. Inderaku bahkan tak mencecap rasa manis sedikitpun.

Spend all your time waiting
For that second chance
For a break that would make it okay
There’s always some reason
To feel not good enough
And it’s hard at the end of the day
I need some distraction
Oh beautiful release
Memories seep from my veins
Let me be empty and weightless
And maybe I’ll find some peace tonigh

Sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Sarah McLachlan mengalun lembut menyapa indera pendengarku yang kemudian direspon oleh kedua mataku dengan menitikkan air mata.
Aku menangis, menangisi secangkir kopi hitam tanpa gula yang ku nikmati ditengah malam. Menikmati kesendirian yang harus ku alami dimana aku tak ingin benar-benar sendiri.
Aku selalu mencoba melawan rasa kantuk setiap malam, karena tidur merupakan jembatan menuju dunia mimpi buruk yang kerap menyambangiku tiap malam, membuatku memeluk kedua lututku dan menangis sesenggukan disudut tempat tidur.
Kopi hitam, merupakan caraku menikmati kenangan dalam hidupku dan proses kehidupan yang sedang ku jalani saat ini.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di café ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---