Skip to main content

Perempuan dalam Mimpi [Episode 2]



Ku langkahkan kaki lebar-lebar. Takut pria asing yang menyapaku di kafe mengejarku.  Sore ini aku sengaja duduk-duduk sendirian di kafe yang sering ku kunjungi bersama teman-teman kerjaku dulu. Tapi rupanya duduk-duduk di smoking area ternyata tak aman. Tiba-tiba saja pria asing mendatangiku dan berkata bahwa aku adalah gadis yang sering ditemui dimimpi-mimpinya. Bagaimana bisa seorang pria asing mengatakan hal absurd seperti itu kepadaku yang sedang kalut, jelas jika setelahnya aku kabur ketakutan meninggalkannya. Ku harap pria tersebut bukan pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa.
Aku menengok kebelakang, memastikan pria asing itu tak nekad mengejarku. Ku hela nafas lega dan berjalan lebih lambat ketika tak ku lihat bayangan siapapun di belakangku. Akhir-akhir ini hidupku memang sedang kacau. Sejak aku dengan iseng mendatangi seorang peramal di festival tahunan di kota tempat tinggalku, hidupku gonjang-ganjing tak bisa ku kontrol. Kesialan bertubi-tubi menghampiriku.
Aku benar-benar iseng saja saat memasuki tenda peramal berwarna ungu tua yang sedikit jauh dari pusat keramain festival.  Ketika aku mengutarakan keinginan untuk diramal, dia mulai membaca mantra lalu menekuri bola kristalnya lama sekali. Wajahnya sungguh menyeramkan saat mengalihkan pandangannya dari bola Kristal lalu ke arahku. Dia bilang posisi ku sedang sulit, seperti telur diujung tanduk yang siap jatuh dan hancur. Tapi kemudian dia tersenyum, menenangkanku dan bilang nasibku berada ditangan seorang pria baik hati yang akan datang menolongku.
Ketika aku keluar dari tenda, tempat peramal tersebut menerima tamunya. Aku sontak tertawa terbahak-bahak saat menceritakan kembali kepada teman-teman ku apa yang baru saja ku dengar dari peramal tua itu.
Seminggu kemudian, tanpa adanya angin dan badai tiba-tiba aku menerima surat PHK dari kantor. Jelas aku tak terima karena ku pikir kinerjaku bagus selama ini.
“Maafkan kami, Tatya… perusahaan sedang mengalami masalah dan sesuai meeting yang dilakukan oleh pemegang saham diputuskan untuk melakukan perampingan karyawan”
 Aku memang mendapatkan pesangon tapi aku menganggur sekarang. Sudah hampir sebulan aku menganggur. Tentu aku tidak duduk berpangku tangan saja, sudah kucoba mengirimkan lamaran pekerjaan ke semua perusahaan yang membuka lowongan di surat kabar. Tapi hingga kini belum sekalipun aku menerima panggilan untuk interview.
Tabungan ku semakin menipis, tagihan kos bulan ini sudah membayang didepan mata.
Ku hela nafas panjang. Berusaha melapangkan dadaku yang serasa terhimpit batu besar bernama masalah.
Entah sudah berapa lama aku berjalan, aku tiba disebuah taman yang sepi. Warna lembayung senja mendominasi langit. Ku lempar tubuhku pada bangku taman, melepas lelah.
Ku keluarkan rokok yang ku kantongi disaku jaket denim ku. Ku sulut sebatang. Ku pandangi senja sambil menikmati sebatang rokok.
“Dik, kasihani Ibu dik, Ibu lapar” seorang pengemis tua menghampiriku, menyodorkan sebuah mangkok plastik padaku.
Aku kembali merogoh kantong jaket denim ku, sepertinya aku masih memiliki uang dua ribuan kembalian saat membeli rokok.
Saat ku masukkan uang dua ribuan terakhirku, ku pandangi wajah Ibu pengemis tua didepanku. Wajahnya tak asing.
Ibu pengemis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan doa yang tak terlalu ku dengarkan. Karena pikiranku sedang sibuk mengingat-ingat wajah tak asingnya.
Saat Ibu pengemis tua tersebut sudah berjalan 10 m dari ku, ingatanku baru kembali bekerja. Ibu itu adalah peramal tua yang menyebabkan nasibku berubah drastis seperti saat ini.
“Ibu tunggu” ku buang rokokku sembarangan lalu mengejarnya.
Aku berhasil mengejar langkahnya. Ku tarik bahunya sehingga kini dia menatapku. Tatapan matanya berbinar aneh.
“Ibu peramal tua di festival bulan lalu kan?”
Ibu peramal tua entah pengemis didepanku tersenyum.
“Kamu gadis yang baik, kelak kamu akan segera bertemu dengannya”
Ku lepaskan tanganku dari bahunya. Tatapan matanya beralih ke belakangku sehingga refleks aku mengikuti arah tatapannya.
Tak ada siapa-siapa di belakangku.
“Ibu jangan coba-coba…” kata-kata ku terputus. Ibu tua peramal entah pengemis sudah tak ada lagi didepanku.
Langit mulai gelap, ku langkahkan kaki lemas untuk pulang. 
bersambung....

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

How to Create Crossword Puzzle by Using EclipseCrossword

I got a task last weeks from my lecturer to create a crossword using Microsoft word. There’re two ways to make a crossword puzzle using Microsoft word : - Create crossword puzzle using available crossword puzzle template - Create manually using table Both of that way is quite hassle. But, we can try another way that is easier by using EclipseCrossword software. That file size is only 513 KB. You can download the latest software from this official website. Click here for download. If the program has been installed in your computer, let’s go through the steps involved in creating a puzzle of our own.

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.