Ku kerjapkan mata, untuk meyakinkan diriku sendiri
dimana aku berpijak. Sekelilingku hanya pohon-pohon dan semak-semak. Aku pun
tak dapat melihat langit karena tertutup rimbunnya daun pada ranting pohon yang
menjulang tinggi. Sinar matahari menembus celah-celah dedaunan.
Aku sepertinya tersesat dihutan. Jangan tanya bagaimana aku bisa disini,
karena akupun tak tahu.Ku raba leherku, Aku merasa sangat haus. Telingaku
menangkap bunyi gemericik aliran sungai. Ku tajamkan pendengaranku untuk
menuntunku pada sumber bunyi tersebut.
Tenggorokanku berteriak minta dipuaskan ketika ku
lihat aliran air dan batu-batu besar. Aku tak peduli, air pada sungai itu
steril atau tidak. Aku benar-benar kehausan. Tapi tunggu, ku rem langkahku
tiba-tiba. Ada seorang gadis sedang merenung diatas batu besar sungai tersebut.
Dia begitu cantik, rambutnya tergerai hitam dan panjang. Gaun putihnya nampak cocok
dengan kulitnya yang gemerlapan dibawah sinar mentari.
Jangan-jangan dia vampire, seperti yang dikisahkan
Stephanie Meyer dalam bukunya. Sisi
pengecut dalam diriku memintaku untuk mundur, tapi rasa ingin tahuku ternyata
lebih kuat menyeret kaki ku maju mendekat.
“Krakk”
Tak sengaja ku injak ranting kering.
Gadis itu menoleh ke arahku. Tatapan matanya yang
sendu seakan membiusku. Ku langakahkan kaki mendekatinya.
Dengan anggun dia turun dari batu besar, berdiri
menungguku di pinggir sungai.
Aku benar-benar di hadapannya sekarang. Lidahku
kelu, otakku macet.
Dia berjinjit, mencium pipiku.
Kalau ini mimpi, aku tak ingin bangun lagi, pikirku
dalam hati.
Ku pejamkan mataku, menikmati sensasi aneh yang
menjalar dari pipiku ke seluruh saraf tubuhku. Ku buka kembali mataku . Tapi
dia sudah tak lagi didepanku. Aku menoleh kesana kemari, mencari sosoknya.
Aha! Itu dia. Ku lihat tubuh mungilnya menghilang
dibalik tebing. Aku berlari mengejarnya, rasa hausku hilang sudah.
Aku berhasil menyusulnya. Tapi suasana dibalik
tebing sangat riuh. Ku lihat para binatang berdiri memegang gelas dan bercakap
hangat. Ada manusia-manusia kerdil sedang berdansa. Dan tepat beberapa meter di
depanku gadis yang baru saja menciumku berdiri menungguku.
Dia mengalungkan tangannya pada leherku ketika aku
tepat dihadapannya. Ku pikir dia mengajakku berdansa. Tanpa ragu ku peluk
pinggangnya, lalu kami berdansa. Tatapan mata kami tidak lepas satu sama lain.
Ku nikmati alunan musik yang membimbing kami. Tapi ku
rasakan ada dorongan lain muncul saat kulihat bibir merah jambunya yang basah.
Ku dekatkan wajahku pada wajahnya. Dia memejamkan mata, aku turut memejamkan
mata.
Aku seperti menyentuh udara hampa. Ku buka mataku.
Gelap. Ku kerjapkan mataku, masih gelap dan hanya dinding yang memenjarakanku.
Kesadaran lain menghampiri otakku.
Kutarik kembali selimutku. Berusaha kembali
memejamkan mata, untuk melanjutkan mimpi yang tertunda.
Gak pernah ajukan naskah ke penerbit??
ReplyDeleteBelum pernah Mappa, ada satu draft novel yg sampai sekarang belum selesai ( ._.)
ReplyDeleteayoo ditunggu draft novelnya..
ReplyDeletembloo.. Ganbatte!!!