Skip to main content

Seribu Barbie Untuk Dila #End



Sedikit banyak aku sudah menerima kedatangan Erwin dihidupku. Tapi bila mengingat Bapak entah kenapa rasa benci kepadanya rasanya tak pernah berkurang. Oke mungkin aku  sudah cukup dewasa untuk tidak menghindar dan lari dari masalah seperti yang ku lakukan dulu.
“Ibu senang lihat kamu dan Erwin rukun La” kata ibu ketika menemaniku sarapan
“Dila udah dewasa Bu, seperti permintaan ibu, Dila hanya menjaga sikap aja sama dia”
“Jadi, kamu belum mau dijodohkan sama Erwin?” Air muka ibu terlihat kecewa
“Dila nggak suka sama Erwin bu, Dila ingin menikah dengan orang yang Dila cintai”
“Cinta bisa tumbuh sejalan dengan berjalannya waktu Dila”
Aku menggengam tangan ibu. “Biar Dila jalanin dulu ya Bu, Dila belum ingin menikah dan berpisah dengan ibu” Ibu membalas genggamanku dan tersenyum hangat. Akupun beranjak untuk memeluk Ibu.
---
“Kenapa berhenti Win?” Tanyaku bingung ketika Erwin menghentikan mobilnya mendadak. Seperti biasanya dia menjemputku sepulang kerja tapi kami sama-sama diam selama perjalanan, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Erwin berdeham “ Aku pengen ngomong sama kamu La”
“Ngomong aja” jawabku dingin.
Erwin menjambak rambutnya frustasi. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya malam ini.
“Aku sayang kamu La” kata Erwin pelan
Aku menatap Erwin bingung.
“Kalau kamu marah sama aku karena boneka Barbie yang aku corat-coret dulu, aku minta maaf, aku akan menggantinya dengan seribu Barbie asal kau tidak mengacuhkanku seperti ini”
“Barbie yg dikirim ke kantor beberapa minggu yang lalu itu dari lo?”
Erwin mengangguk pelan.
“Asal lu tau aja Win, bukan boneka itu masalahnya” Suaraku terdengar gemetar karena amarah yang tiba-tiba menyelimutiku.
“Tolong katakan padaku La, apa salahku supaya aku bisa memperbaikinya”
“Nggak ada yang bisa kamu perbaiki, nyawamu pun tak cukup berharga untuk membayarnya”
Erwin menatapku nanar. Aku menyesal telah berkata kasar pada Erwin. Ku buka pintu mobil dan berjalan keluar untuk menjauh dari Erwin, menjauh sejauh-jauhnya. Tapi Erwin mengejarku kemudian menarik pergelangan tanganku.
“La, aku perlu tahu alasan kenapa kau membenciku La”
Aku mencoba menarik tanganku dari genggaman Erwin tapi sia-sia.
“Oke, oke kalo lu mau tahu” aku mendesis kesal. Air mataku sudah meleleh dan tak terbendung lagi “Gue benci sama lu, karena lu penyebab kematian Bapak”
Erwin melepas pergelangan tanganku “Kalau lu gak coret-coret Barbie gue, ibu gak akan buang Barbie dan Bapak ga perlu pergi disore naas itu untuk membelikanku Barbie baru, kalau lu gak coret-coret Barbie gue, Bapak pasti masih hidup sampai sekarang dan ibu nggak akan menderita membanting tulang untuk menghidupiku”
Kulihat taxi dan kulambaikan tanganku. Begitu taxi berhenti aku segera memasukinya. Sedangkan ku lihat Erwin masih mematung dipinggir jalan.
Mungkin kata-kataku keterlaluan. Tapi aku sudah tidak bisa menarik kembali kata-kataku lagi. Mungkin setelah kejadian ini Erwin tak akan lagi berani mendekatiku. Semoga saja.
---
“La, kamu kok naik taxi? Erwin mana?” tanya Ibu ketika membukakan pintu untukku.
“Dila pulang sendiri bu, Erwin ada meeting katanya” Dustaku
“Kamu bohong, Ibu tadi telpon Erwin dia bilang lagi jalan jemput kamu kok, dia janji mau ikut makan malam bareng kita”
Telpon rumah tiba-tiba berdering. Aku menghembuskan nafas lega. Ibu memandangku meminta penjelasan sebelum mengangkat telpon.
Aku bergegas masuk kamar. Samar-samar aku mendengar beberapa kali ibu menyebut nama Erwin.
“Dila, Dila” Ibu mengetuk pintu sambil memanggilku histeris.
“Kenapa Bu?”
“Erwin nak, Erwin kecelakaan, sekarang kritis”
Aku diam mematung.
“Kamu kenapa diam saja, cepat ganti baju”
Aku masuk kembali ke kamar dan hanya menyambar sweaterku.
Ibu menangis sepanjang perjalanan.
“Duh gusti, kenapa bisa terjadi, apa nak Erwin kecelakaan saat perjalanan menjemputmu ya Nak?”
“Ibu udah telpon orang tua Erwin?”
“Sudah, mereka baru dapat tiket pesawat untuk penerbangan besok pagi, semoga Erwin gak apa-apa ya”
“Erwin gak bakal kenapa-kenapa Bu” aku menggenggam tangan Ibu menguatkannya dan menguatkan diriku sendiri.
Aku seperti mengulang kisah lama ketika Bapak kecelakaan. Aku takut kehilangan untuk kedua kalinya.
---
“Apakah Ibu orang tua Erwin?”
“Bukan dokter, saya sahabat orang tuanya” Ibu menjawab sambil mengusap airmatanya.
“Erwin kehilangan banyak darah Bu, bank darah kami sedang kehabisan stock untuk golongan darah B”
“Golongan darah saya B dokter” kataku ragu.
“Baik, mari ikut saya”
Aku memegang bahu ibu. “semua akan baik-baik saja Bu”
Walaupun Erwin adalah penyebab kematian Bapak, tapi aku tak akan sanggup dihantui rasa bersalah disisa hidupku bila Erwin tidak selamat. karena secara tidak langsung akulah penyebab kecelakaan Erwin.
Suster menyatakan aku siap untuk melakukan donor darah. Aku berbaring disamping Erwin. Kulihat Erwin yang tak berdaya. Benda-benda medis menempel disekujur tubuhnya. Dia kritis. Tiba-tiba saja aku merindukan senyumnya saat merawatku ketika aku sakit. Tiba-tiba saja aku merasa tak lagi membencinya. Aku takut kehilangan Erwin. Air mataku mengalir tanpa kusadari.
“Ibu pulang saja istirahat, biar Dila yang menjaga Erwin” Kataku pada Ibu, saat ku lihat beliau masih duduk diluar menungguku.
Ibu memandangku. Kulihat kesedihan mendalam dimatanya.
“Dila, ada sesuatu yang perlu kamu tahu”
“ada apa bu?”
“Sebenarnya Ibu tak pernah ada niat untuk menjodohkanmu dengan Erwin nak, Erwin yang memintanya pada Ibu. Ketika Ibu melihat kesungguhan dalam matanya entah kenapa ibu jadi berpikir hanya Erwin yang bisa menjaga kamu sepenuh hati kalau nanti ibu harus menyusul Bapak” Ibu berhenti untuk mengusap air matanya.
“Erwin merasakan perbedaan sikapmu setelah bapak meninggal sayang, dia dihantui rasa bersalah sepanjang hidupnya karena dia merasa sebagai penyebab kematian Bapak, dia ingin mendekatimu dan menghiburmu saat itu tapi kamu selalu menghindarinya, lalu dia sadar kepergiannya bersama orang tuanyalah yang terbaik, kamu tak akan terusik lagi olehnya”
“Udah bu, ga usah diteruskan” pintaku sambil terisak.
“Apakah yang dikatakan Erwin benar?”
Aku diam tak mampu menjawab.
“Kematian Bapak itu takdir sayang, sudah digariskan oleh-Nya, bukan salah Erwin, bukan salah siapa-siapa, Tuhan menguji kemandirian kita tanpa Bapak, walaupun berat ternyata kita bisa kan?”
Aku hanya menganggguk kemudian memeluk ibu.
“Kamu harus minta maaf kalo Erwin sadar” kata Ibu sambil mengelus kepalaku.
Aku hanya mengangguk dalam pelukan Ibu, tak lagi mampu berkata-kata.
---
“Maafin gue win, maafin sikap kenak-kanakkan gue” aku terisak disisi Erwin sambil menggenggam tangannya.
“Cepet sadar ya win, aku pengen kamu benar-benar sadar saat aku bilang aku sayang kamu”
Sisa malam ku habiskan dengan menangis hingga tanpa sadar aku terlelap.  Aku bermimpi berbincang-bincang hangat dengan Erwin disebuah taman.
“Dila”
Aku mendengar seseorang memanggil namaku dan mengelus kepalaku. Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka aku bisa melihat samar-samar senyum hangat yang sangat aku rindukan
“Erwin” aku menjawab parau
Erwin kembali tersenyum, sedangkan aku entah kenapa malah menangis terisak.
“Jangan nangis”
“Kalau kamu gak sadar kaya gini lagi aku bakalan benci kamu seumur hidup, kamu buat aku khawatir setengah mati”
Erwin tersenyum sambil mengusap air mata dipipiku. Dan kemudian aku dikejutkan sebuah fakta, bahwa aku mencintai pria didepanku dan tak rela kehilangannya untuk kedua kali.
---
--Bonus-- 

“La, aku perlu tahu alasan kenapa kau membenciku La” tanyaku pada perempuan yang setengah mati kucintai. Tapi dia malah mencoba melepaskan genggaman tanganku dilengannya.
 “Oke, oke kalo lu mau tahu” Dila menangis ketika menjawab pertanyaanku “Gue benci sama lu, karena lu penyebab kematian Bapak”
Jawaban dari Dila adalah hal yang paling ku takutkan selama ini. Dugaanku benar, dia membenciku karena akulah penyebab kematian Ayahnya. Tanpa sadar kulepas genggamanku.
“Kalau lu gak coret-coret Barbie gue, ibu gak akan buang Barbie dan Bapak ga perlu pergi disore naas itu untuk membelikanku Barbie baru, kalau lu gak coret-coret Barbie gue, Bapak pasti masih hidup sampai sekarang dan ibu nggak akan menderita membanting tulang untuk menghidupiku”
Aku diam membeku. Bahkan saat ku lihat Dila memasuki taksi aku tak bereaksi sama sekali. Entah berapa lama aku berdiri diam. Ketika aku memperoleh kesadaranku kembali aku segera memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Aku mengemudi bak orang kesetanan. Tiba-tiba ada seseorang yang menyebrang didepanku sehingga aku membanting stir ke kiri untuk menghindarinya. Mobilku menabrak pohon. Itulah hal yang kuingat terakhir kalinya.
Aku seperti berjalan dalam rongga putih yang seperti tak berujung. Tapi ternyata aku salah. Aku melihat senyum Dila diujung jalan. Dia melambai-lambai padaku. Aku berlari. Tapi mimpi itu putus begitu saja. Aku melihat sekelilingku, dinding putih, infus, dan alat-alat medis lainnya. Dan seorang yang sangat kucintai sedang tertidur disampingku.
“Dila” aku memanggilnya pelan.
Dia mengangkat kepalanya lalu mencoba untuk membuka matanya.
“Erwin” jawabnya dengan suara parau
Aku melihatnya terisak perlahan dan air mata mengalir dipipinya.
 “Jangan nangis”pintaku lemah
“Kalau kamu gak sadar kaya gini lagi aku bakalan benci kamu seumur hidup, kamu buat aku khawatir setengah mati”
Aku mengusap air matanya. Dia seperti ingin memelukku tapi kemudian tersadar dengan alat-alat medis yang menempel dibadanku.
“Aku sayang kamu Dila”
“Kalau sayang, jangan ga sadar kaya gini lagi” rengekan Dila membuatku ingin segera bangkit.
“Aku janji” Jawabku mantap. Aku tak akan lemah seperti ini lagi Dila, Aku tak ingin kehilangan moment indah bersamamu dengan sakit seperti ini. Aku janji karena Aku mencintaimu sepenuh hatiku. 
--End--

Seribu Barbie untuk Dila #1 
Seribu Barbie untuk Dila #2 

Comments

Popular posts from this blog

How to Create Crossword Puzzle by Using EclipseCrossword

I got a task last weeks from my lecturer to create a crossword using Microsoft word. There’re two ways to make a crossword puzzle using Microsoft word : - Create crossword puzzle using available crossword puzzle template - Create manually using table Both of that way is quite hassle. But, we can try another way that is easier by using EclipseCrossword software. That file size is only 513 KB. You can download the latest software from this official website. Click here for download. If the program has been installed in your computer, let’s go through the steps involved in creating a puzzle of our own.

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Surga di Indonesia Timur, Labuan Bajo - Part 1

Sebenarnya liburan ke Labuan Bajo udah tahun lalu banget. Mau nulis ada aja halangannya, (sok) sibuk banget. Jadi, berhubung tahun ini liburan tidak termasuk skala prioritas. Boleh lah yaa, gue mengenang hari-hari paling menyenangkan dalam hidup gue bersama kawan-kawan tercinta. Awal mulanya, karena kita bahagia dan agak sedih karena Aini mau menikah. Sebuah ide muncul untuk liburan paling berkesan, yang gak akan terlupakan. Karena waktu itu kita mikir kalo Aini nikah nanti kita pasti gak bisa liburan bareng, seru-seruan bareng karena repot sama keluarga aka suami dan anak. Jadilah, Aini gak mikirin budget buat honeymoon sama suaminya, tapi liburan bareng aku dan Isna. HAHAHA! Aini nikah akhir desember, awal januari kami mulai booking tiket dan cari open trip labuan bajo untuk bulan Mei. Mana mampu nyewa satu kapal untuk bertiga, karena kami adalah #sobatmisqueen. Long story short, berangkatlah kami tanggal 9 mei dari Jakarta ke Bali, nginep semalam di Bali nyambung pesawat ke la