"Kita putus saja, daripada kita terus bertengkar, putus nyambung.. mending kita putus aja, toh aku gak yakin kita sanggup jalanin hubungan jarak jauh.." Aku menatap Rio tanpa beban, tapi ku sembunyikan tanganku yang mengepal di saku jacketku. Dia tak perlu tahu perlu keberanian dan kekuatan yang sangat besar untuk bisa mengatur emosiku saat ini.Angin malam di musim hujan yang lembab membuatku bergidik.
"Nad.." Kedua tangan Rio memegang bahuku, memaksaku menatap kedua matanya yang tampak lelah, lelah menghadapi drama yang sering ku buat selama ini.
"Tunggu aku selesai bicara dulu" ku tampik kedua tangan Rio dipundakku. " Kamu tahu aku sayang kamu, tapi sayang aja gak cukup Rio. Ga cukup bikin hubungan kita kokoh. selain sayang harus ada rasa percaya satu sama lain, itu yang gak kita miliki selama ini"
Rio nampak tidak sabar untuk mengakhiri drama ku malam ini. Mungkin dia pikir pembicaraan ini akan berakhir seperti yang sudah-sudah. tapi dia salah, kali ini aku ingin mengkaji ulang hubungan kami. Hubungan tidak sehat yang sudah terjalin selama tiga tahun ini.
"Aku serius kali ini, setelah ini kita nggak usah ketemu lagi"Aku benar-benar kesal Rio tidak menganggapku kali ini.
"Nad, becandaan kamu udah nggak lucu lagi, mending kita pulang sekarang daripada kamu tambah ngaco" Rio menarik tanganku menuju parkiran motor. ku hempaskan tangan Rio kasar. Rio membalikkan badannya dengan gerakan lambat seperti mencoba menahan emosi.
"Aku mau pulang sendiri, aku nggak bercanda kali ini" Aku memandang wajah Rio, takut-takut melihat segala emosi dipancaran sinar matanya "Aku pengen benar-benar putus, aku capek mengartikan sikap kamu selama ini Rio, kamu yang selalu cuek, kamu yang suka seenaknya, kamu nggak pernah mikirin perasaan aku." Aah.. bendungan air mata yang ku tahan sekuat tenaga jebol juga. "Aku yang selalu ngikutin kamu, support kamu tapi saat aku butuh kamu, kamu nggak ada untuk aku. kamu sibuk dengan band kamu dengan mimpi-mimpi kamu. dan kemarin aku sadar, aku tidak pernah masuk daftar mimpi di masa depan kamu"
Rio diam, seperti biasa saat kami bertengkar. Aku mengusap air mata ku, membalikkan badanku dan siap-siap pergi meninggalkan Rio.
"Nad, kamu bukan lagi mimpi buat aku, kamu nyata, kamu ada. Dan kamu salah kalo kamu berpikir kamu tidak ada direncana masa depan aku. Saat aku bermimpi, band-ku mendapat kontrak rekaman pertama ada kamu disamping aku, saat aku bermimpi band-ku bermain di panggung besar, kamu ada di belakang panggung untuk support aku. Kamu akan selalu ada Nad"
Aku goyah, tapi kali ini aku tidak ingin mengulangnya lagi.
"Kita nggak usah ketemu lagi, dan kita lihat apa masih ada aku di setiap mimpi kamu"
♥♥♥
Ps : Ceritaa bersambung ini akan diupdate seminggu sekali di hari sabtu. Hope you like it, readers! :)
"Nad.." Kedua tangan Rio memegang bahuku, memaksaku menatap kedua matanya yang tampak lelah, lelah menghadapi drama yang sering ku buat selama ini.
"Tunggu aku selesai bicara dulu" ku tampik kedua tangan Rio dipundakku. " Kamu tahu aku sayang kamu, tapi sayang aja gak cukup Rio. Ga cukup bikin hubungan kita kokoh. selain sayang harus ada rasa percaya satu sama lain, itu yang gak kita miliki selama ini"
Rio nampak tidak sabar untuk mengakhiri drama ku malam ini. Mungkin dia pikir pembicaraan ini akan berakhir seperti yang sudah-sudah. tapi dia salah, kali ini aku ingin mengkaji ulang hubungan kami. Hubungan tidak sehat yang sudah terjalin selama tiga tahun ini.
"Aku serius kali ini, setelah ini kita nggak usah ketemu lagi"Aku benar-benar kesal Rio tidak menganggapku kali ini.
"Nad, becandaan kamu udah nggak lucu lagi, mending kita pulang sekarang daripada kamu tambah ngaco" Rio menarik tanganku menuju parkiran motor. ku hempaskan tangan Rio kasar. Rio membalikkan badannya dengan gerakan lambat seperti mencoba menahan emosi.
"Aku mau pulang sendiri, aku nggak bercanda kali ini" Aku memandang wajah Rio, takut-takut melihat segala emosi dipancaran sinar matanya "Aku pengen benar-benar putus, aku capek mengartikan sikap kamu selama ini Rio, kamu yang selalu cuek, kamu yang suka seenaknya, kamu nggak pernah mikirin perasaan aku." Aah.. bendungan air mata yang ku tahan sekuat tenaga jebol juga. "Aku yang selalu ngikutin kamu, support kamu tapi saat aku butuh kamu, kamu nggak ada untuk aku. kamu sibuk dengan band kamu dengan mimpi-mimpi kamu. dan kemarin aku sadar, aku tidak pernah masuk daftar mimpi di masa depan kamu"
Rio diam, seperti biasa saat kami bertengkar. Aku mengusap air mata ku, membalikkan badanku dan siap-siap pergi meninggalkan Rio.
"Nad, kamu bukan lagi mimpi buat aku, kamu nyata, kamu ada. Dan kamu salah kalo kamu berpikir kamu tidak ada direncana masa depan aku. Saat aku bermimpi, band-ku mendapat kontrak rekaman pertama ada kamu disamping aku, saat aku bermimpi band-ku bermain di panggung besar, kamu ada di belakang panggung untuk support aku. Kamu akan selalu ada Nad"
Aku goyah, tapi kali ini aku tidak ingin mengulangnya lagi.
"Kita nggak usah ketemu lagi, dan kita lihat apa masih ada aku di setiap mimpi kamu"
♥♥♥
Ps : Ceritaa bersambung ini akan diupdate seminggu sekali di hari sabtu. Hope you like it, readers! :)
Comments
Post a Comment