Skip to main content

Teruslah Mencari...

source : google.com

Kau bisa menemuiku disini, ditempat biasa dimana hati kita pernah bertemu, di tempat dimana kau menitipkan tulang rusukmu padaku.
Tapi bila kau tak bisa menemukan jalan untuk kembali ke tempat itu, ijinkan aku untuk memandumu. Tempatnya tak jauh darimu berpijak kini. Tapi mungkin kau akan temukan banyak kerikil-kerikil kecil yang akan mempersulit jalanmu. Tanjakan tajam berpasir yang membuat langkahmu tergelincir mundur. Aku tahu jalan itu tak mudah, kau bisa saja mendapat luka. Dalam perjalanan tersebut kau akan menemukan beberapa rumah yang nampak nyaman untuk disinggahi dan membuatmu melupakan tujuan akhirmu. Tapi itu tak akan lama. Kau akan menyadari kesalahanmu dan melanjutkan perjalananmu.
Aku tahu kau orang yang berjiwa baja dan pantang mundur. Ingatlah aku di sini selalu mendoakan keselamatanmu, meminta-Nya untuk selalu menjaga setiap langkahmu.
Bila kau tak lelah mencari, bagaimana aku bisa lelah menanti? Akan ku jaga hati ini seutuhnya untukmu :)


Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di cafĂ© ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---