Skip to main content

Dear Bara


Dear Bara,
Maukah ku buatkan secangkir teh dulu sebelum mulai membaca surat atau entah apa namanya yang ku tulis untuk bisa menarik perhatianmu?
Baiklah, daripada menunggu jawabanmu lebih baik aku mulai menyeduh teh untuk kita berdua. Satu  untukmu dan satu untukku yang sedang berkhayal memandangimu mengeja tiap kata dalam surat ini.
Oya Bara, berapa takaran gula yang menurutmu pas untuk secangkir teh?
Emm… Sebelum kau menjawabnya biar aku yang memberitahumu takaran gula pada secangkir teh yang pas menurutku.
Takaran gula dalam secangkir teh untukku selalu berubah-ubah tergantung siapa orang yang menikmatinya bersamaku. Karena kali ini aku sedang menikmatinya bersama dengan dirimu yang sedang membaca surat ini. Aku merasa tak perlu menambahkan gula sedikitpun, karena takut teh ku kemanisan Bara. Mengerti maksudku? Maaf, aku sedikit gombal kali ini.
Oke, aku akan mulai fokus kali ini dan tak terlalu bertele-tele. Sehingga kau tak memutuskan berhenti membaca ditengah-tengah.  Aku mulai menyukai tulisanmu semenjak membaca Kata Hati, Bara. Setelah itu aku mulai mengikutimu di twitter, membaca kumcer yang terdapat tulisanmu disana seperti Kemenangan Apuk dalam Singgah serta cerita cinta pertamamu dengan Dila di Cerita Hati.
Setelah berkali-kali jatuh hati pada tulisanmu, aku tak sabar memiliki Milana, kumpulan cerpen pertamamu. Sejak judul kumcer tersebut kau koar-koarkan lewat akun twittermu. Aku selalu memantau perkembangan Milana. Hingga akhirnya preorder Milana dibuka. Kini aku telah memiliki Milana-mu, Bar. Bahkan aku memilikinya dan bisa menikmati Milana-mu sebelum dia terpanjang di rak toko buku se-nusantara. Bonus tanda tanganmu semakin melengkapi kebahagiaanku . Aku merasa menjadi pembaca special untuk Milana-mu
Jadi Bara, mau kah kali ini kau menjadikanku pembaca special (lagi) dengan memberikanku kesempatan bersantap malam denganmu serta bisa mendengar langsung cerita tentang pengalamanmu dalam meracik kata?  Tambahan informasi untukmu Bar, agar kau semakin yakin untuk memilihku menjadi pembaca special (lagi). Aku berulang tahun bulan ini, tepat bersamaan dengan tanggal ditutupnya tantangan #DearBara.
Maaf kalo permintaan ini terdengar memaksa bagimu, Bar. Jadi, ku tunggu berita baiknya ditanggal 20 ya. Walaupun telat sehari kado ulang tahunnya, kadar bahagianya masih tetap sama kok.


Salam hangat dari seorang gadis yang menanti kado spesial di hari ulang tahunnya darimu,
@Nuergic
Milana-ku yang datang 11 April lalu :')

Comments

  1. nice letter, sistha :)
    jadi ikutan meracik secangkir teh
    *walau aku tak bisa meminumnya* :)

    ReplyDelete
  2. @Ifah Terima kasih sistah :))) mari minum teh bersama ;)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di cafĂ© ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---