Sebelumnya aku malas sekali membaca buku motivasi. Mereka
Cuma bisa omdo alias omong doank. Mereka dengan gampangnya memberikan semangat
dengan kata-kata mereka yang “memotivasi” itu, padahal prakteknya susahnya
minta ampun. Tapi kemarin aku iseng baca buku tersebut karena bosan baca-baca
chicklit yang menceritakan kehidupan glamour yang berakhir bahagia. aku
langsung membuka halaman tengah buku. Judulnya “Behentilah Jadi Gelas” . disitu
diceritakan ada seorang murid yang ditegur gurunya karena terlihat murung
selama beberapa hari. Kemudian murid tersebut menceritakan bahwa masalah tak
henti-hentinya menerpa hidupnya. Sang guru pun akhirnya menyuruh muridnya untuk
mengambil dua genggam garam dan segelas air. Murid tersebut tetap mematuhi
perintah gurunya walapun dalam hati dia bertanya-tanya “ mau buat apa sih?” .
Murid segera menemui gurunya setelah mendapatkan apa yang diperintah gurunya.
Sang guru kemudian menyuruhnya memasukkan segenggam garam pada segelas air.
“aduk, dan minum airnya nak!” perintah sang guru.
“iyaaaksss…. Pasti asin sekali, apa sih maksudnya pak guru,
geje banget” keluh sang murid dalam hati. Mana berani dia ngomong gitu sama
gurunya? Tapi kalo anak sekarang pada berani-berani ya, mungkin kalo anak
sekarang ga pake dibatin lagi langsng deh diprotes. tapi dalam hal ini si murid
masih penurut dan bukan tukang ngeluh. *abaikan
Si Murid meminum air tersebut sedikit dan meringis.
“asin sekali pak, saya jadi mual” kata murid.
“bawa segenggam garam itu dan ikut denganku” ajak sang guru
sambil tersenyum misterius.
“mau dibawa kemana aku? Apa garam ini ma dipake untuk
mengusir hantu?” batin si murid sambil bergidik ngeri. Maklum saja baru-baru
ini ada penampakan kolor ijo dan pocong terbang disekitar kampungnya. Kok makin
ngawur aja ni ceritanya.hihihi
Lanjut!
Sang murid mengikuti gurunya dan sampailah mereka di tepi
danau yang jernih sekali airnya.
“ taburkan garamnya di air danau ini nak”perintah sang guru.
Sambil mengangguk sang murid menaburkan garamnya.
“ sekarang minumlah air danau itu”
Murid menggangguk lagi. Mulutnya berasa ga enak banget abis
minum air asin, mau meludah kan gak sopan ada gurunya. Tapi dalam hati murid
tersebut ragu. Pernah ada yang pup disini gak ya? Ada yang nyuci baju disini
gak ya? Semoga rasa airnya ga aneh ya Allah. Murid pun lebih mendekat ke danau
dan mengambil air dengan menelangkupkan tangannya.
“aaaaah” rasa air yang begitu segar membuat sang murid
melupakan keraguan yang menyelimutinya barusan berkali-kali dia meminum air
tersebut sampai rasa asin dimulutnya hilang.
“bagaimana rasanya?” tanya sang guru
“segar sekali guru”
“terasakah garam yang kau taburkan tadi? Tanya sang guru
lagi
“sama sekali tidak terasa guru” jawab si murid
“Nak, segala masalah dalam hidup ini seperti segenggam
garam, tidak kurang tidak lebih. Banyak masalah dan penderitaan yang harus kau
alami sepanjang hidupmu sudah ditentukan oleh Allah SWT, sesuai untuk dirimu,
jmlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap
manusia yang lahir dan hidup di dunia pun demikian. Tidak ada satupun manusia,
walaupun dia seorang nabi yang bebas dari penderitaan dan masalah”
Si murid terdiam, mendengarkan. Sang Guru pun melanjutkan
nasihatnya
“Tapi nak, rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu
sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi, supaya kam tidak
merasa menderita , berhentilah jadi gelas. Jadikanlah kalbu dalam dadamu itu sebesar danau”
Nah… bagi temen-temen yang merasa kok masalah nggak berhenti
datang dalam hidup aku ya? Emang salah apa sih aku sampai aku harus menanggung
beban hidup yang tiada habisnya?. Sorry ya kalo kata-kata gue lebay. Lebay
bolehlah asal gak alay. Itu aturan gue sendiri nggak boleh protes. ^^)v
Dengerin tadi Guru ngomong apa, bukannya gue sok bijaksana
yah, gue juga ga jarang kok ngeluh kenapa gue selalu dihadapkan dalam masalah.
Tapi setelah baca nasihat sang Guru, gue juga jadi mikir, kenapa harus
memenjarakan kesedihan dalam hati kita yang segeda gelas yang bikin makin
sesek. Jadi bebaskanlah kesedihanmu dengan menjadikan hatimu seluas danau, biar
kesedihanmu itu berenang kesana-kemari sampai lelah lalu menguap. Ga nyambung
banget ya gambaran gue?hihihi. ga penting lah gambaran gue seperti apa, gue
belum terlalu merasakan asam asin rame rasanya hidup jadi belum punya
pengalaman yang banyak untuk menggurui kalian. Gue aja masih belajar arti hidup
itu apa. Tapi yang jelas dengerin aja nasihat guru itu ya, semoga bermanfaat.
Goodbye sadness, welcome happiness J
Sunday, July 01, 2012 12:22 AM
menurutku bahasanya masih kurang bagus Rul, en belibet, hheehhe.... #bukanya sotoy yak
ReplyDeleteapikan bahasa sing ng duwure.
tararenkyu masukannya cuy :)
ReplyDeleteakan tetap semangat menulis :')