Bulan bulat sempurna. Mereka memanggilnya purnama. Seperti biasa, aku duduk diatas jendela kamarku. Aku tersenyum. Ku hirup aroma teh ku yang masih mengepul. “Apa kabar dia?” ku awali perbincangan malam ini. Ku dengar jawaban lirih, berbisik. Seolah ini adalah percakapan rahasia antara kami berdua. “Dia baik-baik saja, dia masih berusaha mencari, butuh waktu agak lama untuk mencapai tujuannya” Kusesap teh ku perlahan. Dia masih agak lama untuk sampai kesini. Mata-mataku sepertinya mengerti kekhawatiranku. “Tenanglah, kalau kau sanggup bertahan hingga kini. Agak lama yang ku maksud tak akan membuatmu kering menunggu” Aku meredam tawaku dalam sesapan teh keduaku. “Adakah yang lucu?” “Kau memang selalu mampu menghiburku” Gantian mata-mataku yang tersenyum. “Apakah dia pernah berbicara padamu juga?” “Tidak, aku tak akan bicara padanya. Aku mata-mata mu. Aku hanya berbicara padamu” “mereka tak membocorkan rahasia kita bukan?” ku lirik teman-temannya yang meny...