![]() |
source : google |
Ku pandangi
wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya
kemudian dia menggeliat.
“Pelor,
bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku.
Dia hanya
menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.
Ku tarik selimutnya
paksa, tapi dia ternyata menggenggamnya erat. Akhirnya dia terbangun dan dalam
posisi duduk menarik selimutnya. Matanya masih terpejam. Dasar pelor.
Ku lepas
tarikanku. dia terlempar ke belakang. Kepalanya membentur tembok.
Matanya
sekarang benar-benar terbuka. Dia mengeluarkan sumpah serapah, menyebut seluruh
penghuni kebun binatang. Kemudian setelah kesadarannya pulih dia mulai
melemparkan bantal, guling dan semua isi tempat tidurny .
“Rendraaaa…
iseng amat sih lo” suaranya melengking. Aku tertawa terbahak-bahak.
“gue disuruh
nyokap lo, katanya lo tidurnya kaya orang mati dibangunin susah”
“Ga usah
jedotin kepala gue juga kali”
“iya nyonya,
nanti saya jedotin kepala nyonya ke lantai kalau begitu” jawabku asal sambil
memunguti bantal dan guling yang dilemparnya padaku.
Trisha
melompat ke punggungku, memeluk leherku.
“gendong gue
sampai ruang makan”
“turun, gak
nyadar lo tuh berat”
“bodo, ini
hukuman Karena lo udah ganggu bobok cantik gue, ayo jalan”
Aku
menggerutu untuk menyembunyikan debar jantungku yang menggila.
---
“Nasi
gorengnya enak banget tante” aku memuji
nasi goreng buatan tante Puspa sambil terus menyendok dan mengunyah.
“Huu… modus
biar gak malu kalo nambah, dasar perut karung” cibir Trisha.
Tante Puspa
tertawa dari dapur. “Nambah aja Rend, Trisha kan makannya dikit sayang kalau ga
habis”
“Siap tante,
ada Rendra disini”
“Rend, hari
ini kita mau ngapain?”
“Gowes aja
yuk keliling kompleks”
“Ide bagus
tuh, kayanya aku lama gak gowes”
“Sibuk sama
pacar baru sih” celetukku asal
Trisha
tertawa terbahak-bahak, “Dasar jomblo syirik, makanya cari pacar donk”
“Pacar itu
gak usah dicari, hati selalu tau kemana harus berlabuh”
“Ga nyambung
wooo”
Aku tidak
menggubris Trisha, aku pura-pura sibuk menikmati nasi gorengku ronde kedua.
“Rend, gowesny
nanti sore aja ya, hari ini temenin gue nyari buku”
“Lo gak ada
jadwal sama Marcel hari ini?”
“Dia ke
Bandung, ada acara keluarga katanya”
Bibirku
membulat menghasilkan suara O panjang.
---
Aku mengenal
Trisha sejak dia mulai menempati rumah disebrang tempat tinggalku 8 tahun yang
lalu. Aku mulai tertarik padanya saat ku lihat dia menari bersama hujan, dia
berputar-putar sambil merentangkan kedua tangannya sedangkan wajahnya
menengadah ke langit, menikmati rintik-rintik hujan yang jatuh membasahi
wajahnya.
“Hei, kamu
gak takut sakit hujan-hujanan seperti itu?” teriakku dari luar pagar rumahnya. Aku
memakai mantel dan payung untuk menghindari air hujan sebisanya.
“Hujan
temanku, dia nggak bakal nyakitin aku” Trisha masih berputar-putar menari
bersama hujan
“Mama ku
bilang air hujan itu jahat, aku bisa demam kalau hujan-hujanan”
Trisha
membuka matanya menatapku.
“kenapa kamu
pakai payung? Lepas aja” Trisha membuka pagar rumahnya mengajakku masuk
“Nggak mau,
nanti bisa sakit”
Trisha
tertawa. “Anak laki-laki kok takut hujan”
Mendengar ledekan
Trisha, aku sedikit tersinggung. Ku lempar payungku lalu ku buka mantelku untuk
bisa berinteraksi langsung dengan hujan.
“Aku gak
takut” jawabku lantang.
Trisha
tersenyum lebar. Dia kembali berputar-putar sambil memejamkan matanya.
Aku turut
memejamkan mataku, ku nikmati rintik-rintik hujan yang mulai membasahi tubuhku.
Sejak saat
itu, mungkin aku sudah jatuh cinta padanya. Tapi aku terlalu pengecut untuk
mengungkapkan perasaanku. Dan sekarang aku harus menikmati kekalahanku karena
Trisha resmi memiliki pacar 2 minggu yang lalu.
---
“Kadang-kadang
aku kasihan sama Marcel Ren, rumahnya kan gak searah sama aku tapi dia selalu
maksa buat nganter aku pulang” wajah Trisha Nampak murung, tangannya sibuk
mengaduk-ngaduk jus alpukat kesukaannya. Seperti biasanya, setelah sibuk
mengobrak-abrik toko buku, aku dan Trisha selalu menyempatkan untuk mampir di café
untuk sekedar menikmati segelas jus alpukat kesukaan kami berdua.
“Dia gak mau
lo pulang sama gue, karena dia takut tersaingi sama pesona kegantengan gue”
Trisha
tertawa. “Kepedean banget sih lo”
Gue ikut tertawa.
“Tapi gue rasa dia memonopoli lo dari gue dan sebagai sahabat lo gue ngerasa
kehilangan”
“Sorry Ren,
gue tahu kita udah biasa kemana-mana bareng, dan dalam dua minggu ini, aku
diantar jemput sama marcel, malem-malem gue sibuk telponan sama Marcel, malam
minggu gue keluar sama Marcel, lo cari pacar dong Ren, biar nanti kita bisa
double date”
Aku tertawa.
Tapi nada tawaku terdengar sumbang ditelingaku sendiri.
“Gue
bercanda kok Trish, gue emang ngerasa kehilangan lo tapi lihat lo seneng
sebagai sahabat yang baik gue juga ikut seneng” ku sembunyikan kegetiran hatiku dalam senyuman.
“lo emang
sahabat terbaik gue Rendra, tapi kan seru kalau kita bisa double date, gue sama
Marcel lo sama pacar lo”
“Gue belum
tertarik ah, lo kan tahu sendiri gue gak punya temen cewek selain lo”
“Dinda kan
naksir lo Ren, trus ada Vicka, Mira, Ap” Aku membungkam mulut Trisha.
“Stop Nona
Trisha Ayudia, gue belum tertarik punya pacar, sama lo aja gue udah makan hati
karena lo bawelnya ngalahin emak-emak nawar jengkol dipasar apalagi gue harus
dekat sama cewek lain lama-lama hati gue habis karena gue makan dua porsi tiap
hari”
“Dasar lebay”
Trisha kembali tertawa ngakak.
---
Tak terasa
sudah tiga bulan hubunganku dan Trisha terhalang oleh dinding yang dibangun
Marcel. Sedikit demi sedikit aku mulai tak menyukai Marcel. Sering sekali aku
melihat Marcel tersenyum menggoda kepada anak-anak perempuan di kantin sekolah.
Tapi nampaknya Trisha masih dibutakan oleh cinta. Sama sekali dia tak
menggubris omonganku tentang Marcel.
“Rendra, aku
hargai rasa khawatir kamu tapi selama ini kalau Marcel jalan sama aku matanya
gak pernah ngelaba kok”
“iya,
mungkin gue salah Trish” ku alihkan pandanganku ada acara televisi.
Kudengar HP
Trisha berdering. “Marcel telpon Ren, bentar ya”
Aku
mengangguk, Trisha menghilang dibalik dinding penyekat ruang keluarga dan
dapur. Tak lama kemudian Trisha kembali
duduk disebelahku. Wajahnya keruh.
“Lo kenapa?”
“Marcel
batalin janjinya, katanya abis jemput mamanya arisan, mamanya minta ditemenin
belanja. Aku nggak jadi nonton Habibie Ainun hari ini, padahal udah seminggu
yang lalu Marcel janji sama aku”
“Nonton sama
gue aja yuk, kayanya filmnya bagus”
“Nanti
Marcel marah aku nonton duluan”
“Kamu gak
usah bilang kalau udah nonton, ganti baju gih”
“Lo gak
ganti baju?”
“Gue udah
ganteng kaya gini”
“Kalau gue
jadi cowok gue juga males dandan” Trisha mendengus.
Aku hanya
tertawa terbahak-bahak. “Lo gak dandan udah cantik kok Trish”
---
Selama
pertengahan film sampai selesai tak henti-hentinya Trisha menangis. Sapu
tanganku yang ku korbankan untuk menghapus hujan badai dimata Trisha. Dan saat
dikembalikan padaku sapu tangan itu sangat basah sekali dan pasti menghasilkan
air mata satu gelas bila diperas.
“Filmnya
sedih banget Ren, kok lo gak nangis sih?” Trisha masih sesenggukan walaupun
filmnya udah selesai.
Aku hanya
mendengus.
“Aku ke
toilet dulu ya”
“Gue tunggu
di depan ya”
Aku edarkan pandangan mencari bench yang kosong, Tapi mataku menangkap sosok tak asing, Marcel.
Dia nampak memeluk pinggang seorang gadis. Mereka berdua tertawa bersama, nampak
seperti sepasang kekasih.
“Brengsek”
umpatku kesal.
“Ren”
Tanpa ku
sadari Trisha sudah berdiri disampingku.
“lo lihat
apa?”
“Nggak
apa-apa, pulang yuk” ku tarik tangan Trisha supaya dia tak melihat Marcel dan
pacar barunya.
Tapi aku
terlambat, ku rasakan Tangan Trisha menegang dalam genggamanku.
“Itu Marcel kan
Ren?”
Aku diam tak
menjawab. Trisha mengeluarkan ponselnya dan menekan speed dial 2.
Kami berdua
mengamati Marcel, dia bergerak menjauh
dari pacar barunya.
“Marcel kamu
dimana? Mama kamu muda banget ya, kaya seumuran sama kamu”
Marcel
gelagapan, dia melihat ke segala arah kemudian pandangannya terkunci padaku dan
Trisha.
“Kita putus
Marcel” Trisha menutup telponnya. “Yuk Ren, kita pergi”
---
“kamu nggak
apa-apa?” tanyaku khawatir melihat ekspresi datar diwajah Trisha.
“Gue
baik-baik aja Ren”
“Aku lebih
tenang kalau lihat kamu nangis, daripada kamu pasang muka datar kaya gini Trish”
ucapku lembut sambil memegang kedua bahu Trisha.
Trisha
menggigit bibir bawahnya sambil mendongakkan wajahnya keatas.
“Gue gak
tahu apa yang gue rasain sekarang Ren”
Ku peluk
Trisha. Ku rasakan isakannya didadaku.
“Selama ini
gue selalu percaya sama alasannya yang tiba-tiba membatalkan janji mendadak,
tapi dia mengkhianati kepercayaan gue Ren”
Aku
menyumpahi Marcel dalam hati, aku harus buat perhitungan padanya untuk air mata
Trisha kali ini.
“Aku sudah
belajar untuk mencintainya tapi dia malah giniin aku”
Ku lepaskan
pelukanku. Ku tatap mata Trisha meminta penjelasan.
“Aku terima
Marcel, untuk menetralkan hatiku Ren”
“Kamu gak
pernah cinta sama Marcel?”
Trisha menggeleng.
“Aku
mencintai orang lain, tapi aku takut perasaanku ini malah merusak persahabatan yang
ku jalin selama 8 tahun dengannya”
Aku diam
membeku. Jantungku seperti meloncat dari tempatnya.
“Aku ingin
menghindari kamu supaya rasa ini tidak berkembang lebih besar dan tak dapat
dikendalikan, tapi…”
Ku hapus air
mata Trisha.
“Maafin aku
Trisha, aku yang terlalu pengecut sebagai pria, kamu tahu? dulu aku takut hujan
tapi kamu menyadarkanku untuk tak takut lagi pada hujan dan sekarang lagi-lagi
kamu yang buat aku sadar untuk tegas mengungkapkan perasaanku. Aku mencintai
kamu Trisha, aku mulai mencintai kamu sejak ku lihat kamu menari bersama hujan
8 tahun yang lalu dan sejak itu tak ada lagi tempat untuk gadis lain dihatiku semuanya
telah ku berikan padamu”
“Aku juga
mencintaimu sejak kita menari bersama dibawah rintik hujan Ren”
Aku kembali
memeluk Trisha, aku merasa lengkap dan kebahagian yang meluap-luap.
Setetes demi
setetes ku rasakan hujan mulai turun.
“Hujan Ren”
Trisha melepas pelukanku, menengadahkan wajahnya menantang hujan.
“Mari menari
lagi bersama hujan sayang”
“sayang? Kok
aneh ya dengernya?” Trisha mengerling jenaka lalu tertawa.
Rintik hujan
semakin deras.
“Kamu harus
membiasakannya mulai malam ini”
Ku peluk
Trisha, ku angkat tubuhnya dan kami berputar, menari bersama hujan.
Anyone who thinks sunshine is pure happiness, has never danced in the rain.
--END--
great !
ReplyDeletedibuat merinding bacanya. feelnya dapet. gue suka gaya bahasa yang kamu pake.
dan hujan itu gue banget.
salam kenal ^^
salam blogger indonesia ! *shaking hand*
pernah kejebak friendzone ya? *eh ^^)v
ReplyDeleteThanks ya udah baca n komen :D
Salam kenal *shaking hand*