Skip to main content

Bukan Surat Wasiat

Katanya, kalo hidup ini sudah mendekati akhirnya kita akan mendapat firasat. Aku tidak tahu ini firasat atau tidak tapi setiap aku melihat kamarku berantakan aku selalu berpikir aku tidak ingin saat aku mati nanti orang akan makin sedih melihat kamarku yang berantakan. Aku ingin kamarku rapi, jadi sewaktu-waktu seseorang harus masuk kamarku dan membereskan barang-barangku mereka tahu aku sudah hidup dengan baik. Aku tahu banyak dosa yang aku lakukan, kalaupun meninggal sekarang, sudah pasti aku masuk neraka dan disiksa di kubur sambal menunggu kiamat. Tapi aku ingin teman-temanku, orang-orang yang aku pedulikan menilai aku sebagai sahabat yang baik, yang selalu ada saat mereka membutuhkan bantuan atau sekadar ingin didengarkan. Akhir-akhir ini rasanya roller coaster perasaanku teramat sangat menguji nyali. Tapi karena dulu aku tidak sendiri dan hidup Bersama sahabatku, aku sering mendapat distraksi untuk tidak masuk di ruang gelap ini lama-lama. Tapi saat sekarang aku sendirian, gua gelap itu bisa berlama-lama menyanderaku. Menguasai isi pikiranku dan membuat perasaanku menderita sekali. Aku tidak suka perasaan ini, pikiran-pikiran yang memberitahuku seolah-olah aku orang yang paling tidak diinginkan di dunia. Orang paling tidak berharga, orang yang tidak pantas untuk disayangi. Aku Lelah menangis sepanjang malam dan sepanjang siang disiksa pikiran-pikiran ini. Nalarku berusaha memberitahuku ini Cuma fase dan akan lewat tapi gua gelap jahat ini lebih berkuasa. Mungkin ini saatnya aku mencari bantuan, tapi mulai darimana?

Comments

Popular posts from this blog

Berbagi Pengalaman : Patah Tulang Lengan Atas Part 2

Bagi yang belum baca part 1, bisa klik link ini http://nuergic.blogspot.co.id/2016/06/berbagi-pengalaman-patah-tulang-lengan.html                                                       Perpindahanku ke rumah sakit yang penuh drama saat itu karena aku seorang yang ngotot untuk pindah ke RS. Teman-teman dekat & teman kerja semua menyarankan untuk menunggu hari selasa saat perban tanganku diganti. Tapi waktu itu aku udah ketakutan setengah mati, vonis satu bulan hanya tiduran saja membuatku takut setengah mati. 

Dancing Under The Rain

source : google Ku pandangi wajahnya yang terlelap, aku terhanyut dalam lamunan. Ku belai rambutnya kemudian dia menggeliat. “Pelor, bangun woy” kusembunyikan rasa gugupku pada teriakku. Dia hanya menggeliat kemudian menarik selimutnya menutupi kepala.

Secangkir Kenangan #2

Courtesy ShutterStock.com “Aku besok mau ke Jogja” Jawabku singkat. Ku lempar pandanganku ke jendela. Tanganku sibuk mengaduk-aduk minuman di depanku. “Sudah malam, kamu aku antar pulang ya” Pria di depanku masih saja berkata lemah-lembut meski ku acuhkan sejak kami bertemu di cafĂ© ini. Aku menggeleng. “Aku masih pengen disini” “Perlu aku temenin?” “Gak, kamu pulang duluan aja, rumahku kan dekat sini” “Kamu hati-hati ya, jangan pulang larut” Ku lemparkan senyum menenangkan agar dia segera beranjak meninggalkanku. Sebelum pergi pria itu merunduk lalu mengecup keningku singkat. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Seharusnya aku tak pernah membiarkan dia memasuki hidupku. Aku telah melukai perasaannya dengan tidak bisa membalas perasaannya. Seharusnya aku memberitahunya, bahwa hati ku telah lama ikut mati bersama kepergian Damar dan aku tak bisa mencintai pria manapun lagi. ---