Bagiku yang tak pernah terlalu dekat dengan orang-orang, kehadiran Nadia serasa seperti oase di padang gurun. Berkat Nadia, aku memiliki keberanian untuk ikut eskul musik di sekolah hingga akhirnya diangkat sebagai vokalis tetap band sekolah. Aku yang nggak pernah berteman dengan siapa-siapa tentu susah mengungkapkan apa yang ku rasakan pada orang-orang, seperti orang introvert pada umumnya, tapi karena Nadia aku belajar sedikit demi sedikit untuk memperlihatkan dan mencurahkan perasaanku. Tapi nampaknya Nadia tak sabar menghadapi hatiku yang terlalu lambat belajar mengungkapkan perasaan. Aku dan Nadia berpacaran karena Nadia lah orang pertama yang mengungkapkan perasaannya padaku, tapi karena itulah Nadia tak pernah yakin aku menerima perasaannya karena aku juga memiliki rasa yang sama untuknya. Nadia selalu berpikir cintanya bertepuk sebelah tangan karena aku tak pernah memperlihatkan emosiku dalam hubungan kami. Aku terlalu datar menghadapi drama yang sengaja dia buat. Dia salah ka...
A Journal for My Lousy Memory.