Skip to main content

Posts

Let Me Keep it

Kalau sedang bahagia rupanya aku lupa untuk menulis. Saat Kembali membuka blog yang sudah lama ku telantarkan ternyata aku sudah skip buat catatan akhir tahun dua kali. Aku terlalu egois untuk membagikan kebahagiaanku rupanya. I want to keep them all for me. Aku menikah tahun lalu dengan pria yang ku cintai. Pria yang ku pikir harus ku lupakan, ternyata adalah pria yang mampu membuatku percaya pernikahan itu menyenangkan.
Recent posts

Bukan Surat Wasiat

Katanya, kalo hidup ini sudah mendekati akhirnya kita akan mendapat firasat. Aku tidak tahu ini firasat atau tidak tapi setiap aku melihat kamarku berantakan aku selalu berpikir aku tidak ingin saat aku mati nanti orang akan makin sedih melihat kamarku yang berantakan. Aku ingin kamarku rapi, jadi sewaktu-waktu seseorang harus masuk kamarku dan membereskan barang-barangku mereka tahu aku sudah hidup dengan baik. Aku tahu banyak dosa yang aku lakukan, kalaupun meninggal sekarang, sudah pasti aku masuk neraka dan disiksa di kubur sambal menunggu kiamat. Tapi aku ingin teman-temanku, orang-orang yang aku pedulikan menilai aku sebagai sahabat yang baik, yang selalu ada saat mereka membutuhkan bantuan atau sekadar ingin didengarkan. Akhir-akhir ini rasanya roller coaster perasaanku teramat sangat menguji nyali. Tapi karena dulu aku tidak sendiri dan hidup Bersama sahabatku, aku sering mendapat distraksi untuk tidak masuk di ruang gelap ini lama-lama. Tapi saat sekarang aku sendirian, gua

So Long 2021, Welcome New Hope!

Mari kita melanjutkan tradisi akhir tahun yang tahun lalu sempat ke skip karena bingung mau nulis apa. Karena di 2020 we did nothing but to survive. Awal 2021 penuh harapan buat aku, I met someone I truly cared and loved. I had big expectation on us. 2021 means something for me. Tahun di mana aku berani keluar dari zona nyaman aku 12 tahun terakhir. Yes! Aku pindah kerja. For some people, maybe it’s not a big deal. But for me, it’s really really big decision. Di mulai dari pertengahan februari aku positif kena covid19. Dunia aku jungkir balik dibuatnya. Awalnya aku pikir everything’s gonna be okay, but turned out, everything went upside down. Perlakuan orang-orang di sekitarku membuka mataku lebar-lebar. I could see, who really care and who didn’t. aku bisa lihat siapa teman aku sebenarnya dan siapa yang dengan tega menusukku dari belakang. I thought they were family but turned out they were just bunch of snakes in the grass. Covid19 itu seperti penyakit yang dipengaruhi mental kay

Bukan Hanya Aku

Aku yakin bukan hanya aku saja yang gemar menyusun narasi di kepala, membuat paragraf panjang tentang apa yang dirasakan di suatu waktu. Dan aku yakin bukan hanya aku saja yang sering bercermin hanya untuk memarahi bayangannya atas kegoblokan yang telah dilakukan atau sekedar menasehati diri untuk tidak melakukan kegoblokan-kegoblokan lain di masa mendatang. Aku yakin bukan hanya aku. Semua orang memiliki cara masing-masing untuk tetap waras menghadapi dunia yang chaos.

2019

Seperti tahun-tahun sebelumnya yang sudah menjadi tradisi. Di akhir tahun ini aku mau flashback apa aja yang terjadi di 2019 ini. Not my best year actually. Tapi ada hal-hal baru dan menyenangkan juga yang terjadi disamping nervous breakdown yang aku alamin. Awal tahun 2019 diawali dengan patah hati, salah satu hal yang paling aku hindari sebisa mungkin ternyata kejadian di awal tahun ini. Sepanjang tahun jadi galau gak jelas karena gak dapet closure dari patah hati terngehe. Karena awal tahun kerjaan gak terlalu padet dan perlu kesibukan supaya lupa sama sakitnya patah hati, ciaelah. HAHAHA. Jadilah bikin lauk.maook yang detail ceritanya ada di post sebelum ini. Baru jalan beberapa minggu, nggak sampe sebulan temen sekantor ada yang resign dan aku harus handle kerjaan dia juga. Karena total pegang 9 proyek on going saat itu jadi lauk.maook ditinggalin dan keterusan. Masalah yang ditimbulkan oleh rekan kerjaku sebelum resign rupanya menjadi salah satu bad energy yang terserap olehk

Sepenggal Kisah di Ijen

Di tempat sedingin ini aku seharusnya memaksa tubuhku bergerak supaya tetap hangat. Tapi rasanya aku tak memiliki kekuatan untuk sekedar berdiri, mataku berat sekali. “Aku pasti baik-baik saja, setidaknya aku sudah di sini” batinku saat ku rebahkan tubuhku dengan alas kain yang ku bawa. Dinginnya tanah masih terasa di punggungku. Aku mengeluarkan sebuah foto dari saku jaketku. Sebuah jepretan polaroid dengan sebuah catatan kecil di bawah foto. “Kamu harus ke sini!” kata-kata penyemangat yang membawaku sampai di sini. Tidak pernah ku bayangkan sebelumnya, menempuh perjalanan dari Jakarta ke Banyuwangi kemudian mendaki gunung Ijen seorang diri. Butuh suntikan energi luar biasa untuk bisa menggerakkan ku sampai sini. Dan semuanya karena kamu. Demi bisa menepati janjiku padamu. “Aku sudah melihat kawahnya tapi aku tak seberuntung kamu bisa melihat blue fire-nya”   aku bergumam. “Nggak apa-apa, setidaknya kamu sudah sampai sini” Aku tersentak kaget. Buru-buru menengok ke sumbe

Real Friends do Exist!

Berawal dari liat foto temenku yang summit di Merapi dan keliatan “dekat banget” sama lautan awan, mulai deh tuh kepingin ikut naik gunung. Anaknya kan emang suka nyoba hal baru dan terbawa arus gitu kan yaa.. jadi waktu diajakin buat ke Sindoro ayo aja. Walaupun nggak ada persiapan sama sekali. Menurut catatan facebook libur lebaran 2013 aku berangkat ke Sindoro bersama teman lama dan temen baru yang jadinya akan jadi teman rasa sodara sepenanggungan di gunung-gunung yang lain. Berangkat tanpa persiapan, sleeping bag aja ga punya jadinya bawa selimut doank, jaket seadanya, sandal gunung boleh minjem. Nekad aja gitu berangkat. Malemnya gak bisa tidur di tenda karena kedinginan jadi waktu diajakin summit aku nggak mau karena pengen lanjut tidur di sleeping bag temenku, HAHAHA! Nggak banget emang, ke gunung nggak summit tapi malah beratin tidur. Yang kedua udah agak persiapan lah ya, bulan Mei 2014 rencana mau ke Semeru. Beli jaket, beli sepatu, beli sleeping bag, beli carrier,